Selasa, 24 September 2013

kosmologi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG
Kita semua sebagai manusia setidaknya pasti pernah mempertanyakan keberadaa kita dalam alam semesta ini.Mulai dari mengapa kita semua ada di sini? Bagaimana asal mula kita semua ada di sini? Dan Bagaimana asal semua ini? Pertanyaan-pertanyaan ini,betapapun disampaikan dengan cara yang sederhana, akan mengandung nilai kosmologis yang sangat tinggi,karena pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat membawa kita pada kajian terperinci mengenai alam semesta. Agama Hindu terutama dalam kosmologi Hindu memandang bahwa alam semesta tak lain adalah saudara kandung yang butuh diajak hidup berdampingan dengan harmonis. Dalam pandangan kosmologi tidak ada satu butir atom melekul apapun dianggap mati, tetapi semuanya hidup. Dengan demikian kosmologi Hindu memandang bahwa harus ada harmonisasi antara manusia dengan alam.
Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan. Kosmologi tidak pernah dapat diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena perpaduan dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan pengertian tentang kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang membawa semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu tetap bertahan, karena sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir demikian. Kosmologi merupakan bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya kosmologi dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu
          Berdasarkan uraian teori Fisika Kuantum dan sloka-sloka Bhagavadgita ternyata dunia ini beserta isinya merupakan satu keluarga besar atau keluarga semesta.Antara yang melihat dan yang dilihat adalah satu dan sama sekali tidak terpisahkan. Sebagai satu keluarga semesta maka apapun yang terjadi dalam satu keluarga akan mempengaruhi keseimbangan atau ketenteraman keluarga tersebut. Salah satu dari anggota keluarga, misalnya; seorang ibu, seorang anak, seorang ayah sakit, maka seluruh keluarga akan merasa sakit. Jika salah satu anggota keluarga berbahagia, maka seluruh anggota akan merasa bahagia. Baik ajaran Bhagavadgita ataupun teori Fisika Kuantum menguraikan hal yang sama, bahwa; manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda padat, benda-benda cair dan air, serta udara adalah satu kesatuan dalam satu sistem kosmos. Dalam kitab Upanisad, alam semesta digambarkan sebagai tubuh dari Manusia Kosmis, sebagai Manusia Kosmis; matahari dipandang sebagai matanya, langit sebagai punggungnya, udara (angin) sebagai napasnya, hujan sebagai kencingnya, hutan sebagai rambutnya, kilat sebagai lirikan matanya, sungai sebagai pembuluh darahnya. Seluruh alam semesta beserta seluruh isinya termasuk manusia berada di dalam tubuh Manusia Kosmik,Alam semesta sebagai Manusia Kosmis, tentu apa yang terjadi pada salah satu bagian tubuhnya akan dirasakan oleh seluruh tubuhnya. Oleh sebab itu apabila manusia berbuat apapun terhadap segmen alam (misalnya kepada bumi), maka akan berpengaruh pada seluruh sistem kosmos. Berdasarkan deskripsi ini baik secara teologis maupun secara teknologis bencana yang terjadi di atas bumi ada kaitannya dengan aktivitas manusia. Bahkan tidak saja aktivitas pekerjaan yang dilakukan dengan tangan manusia yang dapat berpengaruh pada sistem kosmos, akan tetapi juga termasuk aktivitas pikiran manusia. Oleh sebab itu apapun yang dipikirkan manusia, alam akan merefleksikannya.
Semua bencana yang terjadi di bumi ini tidak dapat dilihat semata-mata hanya sebagai wujud “kemarahan” Tuhan. Semua perlakuan bumi itu juga dapat dilihat sebagai wujud “cinta kasih” Tuhan, karena dengan perilaku bumi itu akan dapat menyadarkan kembali pikiran manusia, agar manusia kembali kepada kesadaran kedewataannya. Perilaku bumi itu sesungguhnya menyiratkan bahwa bumi sebagai ibu bagi semua manusia merindukan kembali suatu kondisi hubungan yang harmonis dengan umat manusia sebagai anak-anaknya yang dilandasi dengan kesadaran kedewataan dan kesadaran kosmisnya. Hanya ketika manusia memiliki kesadaran kosmislah, maka manusia mampu berbahasa dengan alam hingga bahasa partikel sub-atom. Ketika manusia ada dalam kesadaran kosmis ia akan dapat berbicara dengan sebatang pohon,Dalam mewujudkan keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia memiliki kelebihan dalam menerima ajaran-ajaran susila/ etika dalam menghubungkan diri dengan Tuhan (sembahyang). Ada etika/aturan yang harus diikuti dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, baik hubungan secara pribadi, maupun secara kolektif ( bersama-sama), misalnya persembahyangan di pura ( tempat ibadah ).




1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut dapat Dirumuskan pemasalahan sebagi berikut
            “Apa hubungan bencana alam dengan prilaku manusia bila ditinjau dari tri hita karana

1.3             TUJUAN DAN MAMFAAT PENELITIAN
1.3.1    TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bencana alam dengan prilaku manusia bila ditinjau dari tri hita karana

MAMFAAT PENELITIAN
Mamfaat dilakukannya penelitian ini adalah
1.Secara akademik merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah kosmologi semester lima falkultas filsapat pada sekolah tinggi agama hindu negeri gde pudja mataram.

2.Secara teoritis/ilmiah adalah dapat membandingkan teori-teori yang diperoleh  dibangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi dimasyarakat tentang kosmologi

3.Secara prakis yaitu diharapkan hal ini dapat memberi masukan kepada semua orang bagaimana dampak yang ditimbulkan dari ulah manusia yang tidak perhah menghargai alam tempat kita berada ini.









BAB 2
PEMBAHASAN
Sebelum kita membahas makalah mengenai kosmologi yang saya bawa ini terlebih dahulu kita harus ketahui apa itu kosmoslogi, Kosmologi berasal dari bahasa Yunani “cosmos” yang artinya alam semesta, dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Kosmologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mengupas lebih rinci tentang alam semesta, baik berupa struktur spesial, temporal dan komposisional alam semesta. Kosmologis adalah berkenaan dengan kosmologi (teori tentang asal usul alam semesta); cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan teori alam semesta; cabang ilmu perbintangan yang berhubungan dengan teori alam semesta.
Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan. Kosmologi tidak pernah dapat diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena perpaduan dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan pengertian tentang kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang membawa semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu tetap bertahan, karena sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir demikian. Kosmologi merupakan bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya kosmologi dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu.
Kosmologi dalam hindu sangat penting karena setiap upacara hindu banyak yang berkaitan dengan alam semesta ini yang mana pada umumnya umat hindu sangat menghargai alam ini sehingga bisa dikatakan bahwa alam ini dianggap sebagai ibu atau sering dilukiskan sebagai dewi yang mengasuh semua kehidupan dialam ini.tapi seiring waktu yang mana zaman telah berkembang semakin modern sehingga banyak terjadi kegiatan yang merusak alam ini dengan alasan yang bermacam-macam,baik itu perambahan hutan yang digunakan untuk membuka lahan pertanian ataupun adaanya ilegalloging yang banyak dilakukan oleh masyarakat kita atau bahkan ada lahan persawahan yang dulunya hijau dan banyak air kini banyak yang berubah menjadi perumahan atau BTN yang mana hal itu tentunya banyak menghilangkan lahan hijau dan banyak sungai yang dulunya airnya mengalir kini kering.
Zaman sekarang ini dikatakan telah mencapai puncak peradaban, namun jika diperhatikan secara saksama sesungguhya justru sekarang ini manusia mengalami puncak degradasi dan devisit spiritual. Disharmonisasi antara manusia dengan manusia semakin merebak, selain itu disharmonisasi antara manusia dengan alam juga sangat buruk. Hutan-hutan ditebang tanpa memperhitungkan kebutuhan generasi mendatang. Mineral bumi dikeruk dan dieksploitasi untuk menunjukkan kemampuan menggali dan mengangkat kekayaan alam tanpa memperhitungkan struktur geoteknis tubuh bumi. Minyak dan gas bumi serta cairan-cairan yang ada di dalam perut bumi yang berfungsi sebagai pereduksi daya endogen bumi disedot sedemikian rupa sehingga struktur kerak bumi menjadi lemah. Struktur bumi yang dapat diumpamakan seperti tumpukan batu bata, setiap biji batu bata merupakan lambang patahan atau sesar. Segenggam pasir atau satu bungkus air yang ada di bawah batu bata akan menjadi penyangga dari struktur tumpukan batu-bata itu. Demikian pula halnya dengan struktur geoteknis bumi ini, setiap elemen yang ada di bawah posisi sesar atau patahan itu turut mewujudkan stabilitas sesar. Kandungan cairan minyak mentah, aspal yang mengalir sejalur dengan urat nadi atau sungai di dasar bumi bila disedot akan turut mengurangi daya dukung sesar baik terhadap daya endogen maupun daya eksogen. Sehingga aktivitas manusia yang berlebihan untuk mengeksploitasi kandungan bumi jelas memberi dampak kepada stabilitas struktur geoteknis. Dengan kecerdasan dan ego manusia yang tak terkendali, manusia telah memanipulasi semua kekayaan yang ada di dalam garbha bumi. Tanpa disadari perlombaan ego dalam mengeksploitasi kekayaan alam yang terkandung di dalam perut bumi menjadi salah satu timbulnya gempa tektonik.
Sebagaimana diuraikan bahwa segala aktivitas manusia termasuk aktivitas pikiran manusia dapat mempengaruhi sistem kosmos, apalagi aktivitas fisik yang melibatkan tenaga otot manusia tentu sangat besar efeknya terhadap sistem kosmos. Seperti misalnya aktivitas manusia dalam melaksanakan pengeboran (pengerukan) bumi dengan kedalaman puluhan atau bahkan ratusan kilometer untuk mendapatkan minyak bumi tentu akan berpengaruh terhadap struktur geologi bumi. Hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas pengeboran dapat menyebabkan berkurangnya unsur-unsur dengan jumlah yang sangat besar di dalam struktur geoteknik. Berkurangnya jumlah unsur dalam struktur geoteknik bumi dengan jumlah yang besar akan mempengaruhi sistem daya dukung bumi terhadap beban yang ada di atasnya. Peristiwa itu menyebabkan daya dukung bumi menjadi melemah dan itu dapat menjadi faktor menyebabkan jebolnya (runtuhnya) struktur-struktur geologi bumi, yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang dapat menciptakan bencana gempa tektonik. Agar perilaku manusia di atas bumi ini tidak menyimpang dari sistem tertib kosmos, maka manusia sangat penting belajar memahami kosmos terutama bumi yang dipijak dan telah menopang segala macam kebutuhan hidup manusia. Semua kebutuhan manusia di dapatkan di atas bumi sebagai tubuh Ibu Pertiwi.Semua yang ada di alam semesta berhubungan dengan pikiran, dari pikiranlah ia mengambil wujudnya. Ketika pikiran berhenti berpikir, maka dunia pun menghilang dan yang ada hanyalah kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Sebaliknya ketika pikiran berpikir yang mulia, maka dunia dan segala isinya akan tampak mulia. Seluruh alam semesta dengan seluruh pergerakannya adalah gambar mental yang hidup di dalam pikiran kosmik dalam pikiran Ishvara. Alam semesta ini tidak lain adalah pola dari pikiran, mengisi diri dari Brahman, yang merupakan asal dari seluruh semesta. Seluruh semesta yang terlihat hanya melalui pikiran dan hal itu tidak lain adalah pola pikiran. Pikiran secara subjektif adalah kesadaran dan pikiran secara objektif adalah alam semesta dengan semua isinya. Seluruh dunia yang ada ini tidak lain adalah kesadaran itu sendiri Semua uraian di atas mendeskripsikan bahwa, semua perilaku manusia baik perilaku pikiran, perilaku kata-kata, dan perilaku tindakan memiliki efek kosmik. Hal ini juga mengandung pengertian bahwa selain potensi berbagai bencana memang terbawa secara laten di dalam masing-masing eksistensi, maka perilaku manusia turut mempercepat atau memperlambat proses munculnya energi laten dari potensi bencana yang ada pada setiap eksistensi. Untuk menciptakan kondisi kebahagiaan yang relatif lama dalam menghadapi segala bencana dan duka yang melanda umat manusia, maka doktrin Tri Kaya Pariúuddha dan Tri Hita Karana merupakan solusi yang cukup signifikan.
Tri Hita Karana yang merupakan tiga hubungan manusia yaitu pertama hubungan manusia dengan tuhan  yang mana dalam hubungan ini diharapkan manusia senantiasa selalu berada dijalan beliau serta tidak melanggar larangan beliau,Yang kedua hubungan manusia dengan manusia yang mana dalam hal ini kita sesama manusia haruslah saling menghormati serta tidak saling menyakiti karena kita ini haruslah hidup rukun berdampingan di alam ini dan yang ketiga yaitu hubungan alam semerta dengan manusia yang mana dalam hal ini kita diajarkan menghargai alam yang mana alam tempat kita tinggal ini adalah ibu kedua kita yang mana bila alam ini tidak kita hargai bahkan kita menyakitinya maka alam ini akan murka sehingga sering kita lihat banyak terjadinya bencana alam yang semua ini merupakan ulah kita semua.dalam kejadian bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini maka kita sebagai umat hindu bisa membenahinya dengan jalan yang ketiga yaitu selalu menghargai alam ini karena dalam kosmologi hindu semua kejadian didalam alam ini adalah ulah kita semua,Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan. Kosmologi tidak pernah dapat diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena perpaduan dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan pengertian tentang kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang membawa semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu tetap bertahan, karena sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir demikian. Kosmologi merupakan bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya kosmologi dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu
Berdasarkan uraian ilmu pengetahuan Geologi sebagaimana uraian di atas, maka secara geoteknis dapat diketahui bahwa apabila terjadi instabilitas struktur pada salah satu lapisan-lapisan geologi itu, akan terjadi instabilitas pada lapisan yang lainnya. Jika instabilitas terjadi pada bagian dalam, akan memberikan dampak yang besar pada lapisan kerak atau permukaan bumi. Ini artinya bahwa aktivitas manusia seperti eksploitasi pada zone-zone yang terletak pada jalur dan lajur patahan-pahan, jalur urat nadi gunung merapi yang terdapat pada lapisan di bawah kerak bumi, maka hal itu sangat memungkinkan menjadi penyebab terjadinya bencana di dunia ini. Dalam konsep ajaran Hindu bahwa kebahagiaan hanya akan terwujud jika adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan , dan manusia dengan alam . Ajaran ini disebut Tri Hita Karana ( tiga faktor penyebab terwujudnya kebahagiaan).Manusia memiliki peranan utama dalam mewujudkan keharmonisan antara ketiga faktor tersebut.
Dalam mewujudkan keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia memiliki kelebihan dalam menerima ajaran-ajaran susila/ etika dalam menghubungkan diri dengan Tuhan (sembahyang). Ada etika/aturan yang harus diikuti dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, baik hubungan secara pribadi, maupun secara kolektif ( bersama-sama), misalnya persembahyangan di pura ( tempat ibadah ).
Etika persembahyangan pribadi tidak dapat diterapkan pada persembahyangan bersama, demikian juga sebaliknya. Untuk jenis-jenis persembahyangan tertentu juga memiliki aturan yang berbeda. Jika aturan/etika ini dilanggar maka dipastikan keharmonisan tidak akan terwujud.
Sedangkan hubungan manusia dengan alam jelas yang paling menentukan adalah manusia itu sendiri. Alam secara kodrati hanya akan memberikan reaksi terhadap segala perlakuan manusia kepada alam itu sendiri. Dewasa ini banyak terjadi bencana alam, seperti banjir bandang , pemanasan global , angin puting beliung, dan sebagainya, jika ditelusuri maka semua itu adalah akibat ulah manusia sendiri yang tidak mengikuti aturan / etika dalam mengelola alam. Penggundulan hutan dengan ilegal loging mengakibatkan terjadinya  banjir bandang. Membuang sampah pada aliran sungai,  merusak sempadan sungai, serta pembangunan gedung/perumahan tanpa memperhatikan penyerapan dan saluran sanitasi yang baik mengakibatkan terjadi banjir disetiap musim penghujan.
Teologi Hindu terbagi atas dua macam, yaitu teologi Nirguna Brahma dan teologi Saguna Brahma. Teologi Nirguna Brahma mengajarkan bahwa Tuhan itu tidak dapat dibayangkan seperti apa-apa (tidak dapat diberi nama apa-apa, dan tidak dapat dibayangkan wujud-Nya seperti apa-apa). Jika manusia mengharuskan diri untuk memberikan simbol dan nama, maka Tuhan Yang Maha Esa hanya boleh dibayangkan dan disebut dengan kata Om. Kata Om merupakan kata gabungan yang berasal dari tiga buah huruf, yaitu huruf A (mulut waktu terbuka) dan huruf U ketika mulut hendak menutup, serta huruf M ketika mulut benar-benar tertutup, AUM = OM adalah nama Tuhan yang tiada bandingnya.
Di dalam konsep Nirguna Brahma, Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dibayangkan seperti apa-apa, maka pembahasan-Nya hanya mungkin dilakukan oleh dan untuk para yogi atau rsi yang telah mapan dengan berbagai konsep ketuhanan. Konsep ketuhanan Nirguna Brahma nampaknya bukan konsumsi bagi kebanyakan umat manusia. Konsep teologi yang mungkin dapat dibahas secara luas adalah konsep ketuhanan Saguna Brahma, dalam teologi inilah Tuhan dihadirkan dengan berbagai macam manifestasi yang disebut dewa. Inilah yang menjadi alasan mengapa bagi kebanyakan orang, sosok dewa harus dihadirkan dalam pemujaan kepada Tuhan. Bagi kebanyakan orang kehadiran Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai para dewa juga masih dianggap belum mampu dihayati secara nyata, karena masih mengandung unsur simbol yang abstrak. Dikatakan demikian karena kehadiran Tuhan dalam manifestasi sebagai sosok dewa hanya mengandung simbol satu dimensi (niskala) saja, yang sulit dibayangkan. Untuk membantu kepentingan manusia dalam memuja Tuhan, maka para dewa lebih dikonkritkan lagi dalam bentuk simbol dua dimensi, yakni dimensi sakala dan niskala. Berdasarkan alasan inilah para dewa sebagai manifestasi Tuhan dihadirkan sebagai wujud Energi yang ada di balik bentuk-bentuk kosmis. Secara teologis semua atribut kemahakuasaan Tuhan dilekatkan kepada seluruh segmen-segmen alam. Metode teologis ini tidak dapat dikatakan sebagai tindakan dosa karena “mempersekutukan Tuhan dengan benda”. Stigma “mempersekutukan” tidak ada dalam kamus teologi Saguna Brahma dan pandangan Advaita. Berdasarkan alasan itulah, maka kemahakuasaan Tuhan dimanifestasikan ke dalam segmen-segmen alam seperti; (1) Dewa Surya adalah manifestasi Tuhan yang ada di balik planet matahari, (2) Dewa Soma (Chandra) manifestasi Tuhan di balik bulan, (3) Dewa Vayu (Bayu) manifestasi Tuhan di balik udara, (4) Dewa Agni manifestasi Tuhan di balik api, (5) Dewa Marut manifestasi Tuhan di balik angin, (6) Dewa Sangkara manifestasi Tuhan di balik pohon atau tumbuhan, (7) Dewa Varuna manifestasi Tuhan di balik samudera, (7) Akasa merupakan manifestasi Tuhan sebagai Sang Ayah di balik angkasa, dan (8) Prthivi merupakan manifestasi Tuhan di balik planet bumi ini, (9) dan Dewa-dewa lainnya. Inilah yang mendasari filosofi teologi Saguna Brahma sehingga kehadiran para dewa dalam sistem pemujaan sangat popular dalam Agama Hindu. Dalam teologi Saguna Brahma-lah tersedia berbagai metodologi-teologis, hal tersebut secara metodologis dirancang untuk membantu setiap manusia bagaimanapun adanya dapat sampai kepada Tuhan. Itulah sebabnya teologi Hindu lebih tepat disebut Teologi Kasih Semesta.
Mitos yang berfungsi sebagai metodologi penanaman keyakinan terhadap kemahakuasaan Tuhan yang menguraikan tentang kisah tenggelamnya bumi di dasar samudera diceritakan dalam kitab Bhagavata Purana.Pada dasarnya asumsi tentang bumi tenggelam di dasar samudera atau tenggelam di alam paling bawah juga dapat diasumsikan sama dengan bencana keluarnya bumi dari sistem orbit atau garis edar planet. Kisah ini tercatat secara implisit dalam Lingga Purana. Jadi bencana terjadi karena terganggunya keseimbangan planet-planet di jagat raya. Semua yang ada di alam semesta berhubungan dengan pikiran, dari pikiranlah ia mengambil wujudnya. Ketika pikiran berhenti berpikir, maka dunia pun menghilang dan yang ada hanyalah kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Sebaliknya ketika pikiran berpikir yang mulia, maka dunia dan segala isinya akan tampak mulia. Seluruh alam semesta dengan seluruh pergerakannya adalah gambar mental yang hidup di dalam pikiran kosmik dalam pikiran Ishvara. Alam semesta ini tidak lain adalah pola dari pikiran, mengisi diri dari Brahman, yang merupakan asal dari seluruh semesta. Seluruh semesta yang terlihat hanya melalui pikiran dan hal itu tidak lain adalah pola pikiran. Pikiran secara subjektif adalah kesadaran dan pikiran secara objektif adalah alam semesta dengan semua isinya. Seluruh dunia yang ada ini tidak lain adalah kesadaran itu sendiri.






BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut;
Prilaku manusia selama ini banyak yang mrugikan kita semua karena banyak yang kita lakukan tampa kita sadari kita telah merusak alam ini yang mana saat ini banyak terjadi bencana alam seperti banjir yang mana hal itu karena ulah kita semua,Alam ini sangat perlu kita rawat yang mana dalam ajaran hindu banyak mengajarkan kita untuk menghargai alam seperti trihita karana yang mana dalam ajaran itu ada membahas hubungan manusia dengan alam sehinggan manusia sangat berkaitan dengan semua kejadian alam ini.

Minggu, 22 September 2013

upacara sudhi wadani


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar  belakang masalah
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan lepercayaannya itu, pasal 29 ayat 2 Undang Undang Dasar 1945, yang menyebabkan setiap warga negara indonesia dijamin kebebasannyauntuk meeluk agama yang dianut dan diyakini.
Kebebasan untuk memeluk agama yang sudah diikuti oleh perkembangan kemajuan teknologi dewasa ini, serta adanya arus globalisasi juga membawa pengaruh bagi manusia itu sendiri didalam menjalani kehidupannya. Tertutama didalam menentukan pilihan untuk meyakini suatu ajaran menentukan pilihan untuk meyakini suatu ajaran agama yang akan dijadikan penuntun hidupnya yang tentunya didasari oleh kesadaran yang hakiki dari hati nurani yang murni.
Arus globalisasi yangmelanda dunia membuat pergaulan suasana lingkungan masyarakat yang kecil dan sempit saja seperti : antar golongan suku, ras, agama akan tetapi hubungan antara manusia telah berkembang begitu pesatnya antara yang satu dengan yang lainnya,sehingga mampu menembus dinding-dinding batas perbedaan. Dalam kondisi pergaulan seperti itu, tidak jarang terjadi peralihan agama dari agama yang satu ke agama yang lain-lain, baik secara sukarela maupun secara perkawinan antara seorang pria dan wanita dengan latar belakang agama yang berbeda, terlebih lagi pada masyarakat perkotaan yang heterogin.
Agama sebagai wahyu Tuhan yang mengandung kebenaran mutlak yang diyakin paling benar oleh pemelukknya, sehingga agama dijadikan landasan, pegangan dan pedoman baik didalam melakukan hubungan dengan tuhan termasuk didalamnya masalah perkawinan.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut,maka Parisadha Hindu Dharma Indonesia yag merupakan lembaga majelis tertinggi agama Hindu mencari upaya pemecahan agar perkawinan dari pasangan berbeda agama dapat diakui kesahannya oleh agama dan undang-undang perkawinan dengan mengambil prakarsa mengadakan upacara “Sudhi Wadani” . upacara Sudhi Wadani  dilaksanakan bagi setiap orang yang akan menganut agama Hindu, yang mana sebelumnya orang bersangkutan bukan penganut agama Hindu.
Dalam pelaksanaan Sudhi Wadani tidak ditentukan batas umur bagi calon yang akan disudhikan karena upacara ini bersifat sebagai penyucian lahir bathin seseorang.
Berdasarkan hasil keputusan seminar persatuan Tafsir Sudhi Wadani ditetapkan menjadi 3 tingkatan yaitu :  1. Upacara kecil, sarana upacaranya adalah bunga, bija, air, api atau dupa. 2. Upacara sedang atau madyana, saran upacaranya adalah  bunga, bija, basma, air cendana, api atau dupa. 3. Upacara besar sarana upacaranya adalah byakala, prayascita, tataban api atau dupa. Semua saran atau sesajen ditata dan disesuaikan dengan keadaan masing-masing, karena unsure keindahan  adalah salah satu pendukung kemantapan prilaku juga.
Untuk mencapai semua itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan upacara Sudhi Wadani  yang dilaksanakan di lingkungan karang median. Untuk itu judul proposal ini dapat dirumuskan adalah “ Pelaksanaan Upacara Sudhi Wadani Di Lingkungan Karang Medain Ditinjau Dari Fungsi dan Makna”
B.     Rumusan masalah
Berdasarkan judul penelitian diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1.      Bagaimanakah tata upacara Sudhi Wadani di lingkungan karang Medain.
2.      Bagaimanakah dampak upacara 5 w terhadap masyarakat karang median.
C.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Secara umumpenelitian ini bertujuan untuk membantu mengarahakan dan menonton pikiran manusia untuk memuja Ida sang Hyang Widhi Wasa dengan penuh ketenangan dan  kedamaian
2.      Tujuan khusus
a)      Mendeskripsikan tata cara upacara Sudhi Wadani di lingkungan karang median
b)      Mendeskripsikan dampak upacara sudhi wadani terhadap lingkungan karang median
D.    Manfaat
1.      Manfaat teoritis
         Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber refrensi untuk penelitian lebih lanjut khususnya penelitian tentang model-model upacara Agama Hindu yang lainnya serta menambah wawasan mengenai tata cara pelaksanaan upacara Sudhi Wadani.
2.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tuntunan dan perdoman dalam pelaksanaan upacara Sudhi Wadani.

E.     Kerangka berfikir
Agama
   Agama hindu

Filsafat                     Ritual                                     Susila

    Manusia yang
    Sudhi Wadani
Kebebasan untuk memeluk suatu agama adalah hak setiap manusia, dalam Agama Hindu kegiatan beragama dibagi menjadi tiga yaitu: Filsapat, Ritual, dan Susila. Dalam Ritual hal yang dikemukakan adalah mengenai upakara yajna, dimana dalam hal ini berkaiatan dengan Panca Yajna yang salah satunya adalah upacara manusa yajna yaitu upacara Sudhi Wadani, tujuan dari pelaksanaan upacara ini adalah memberikan pengakuan kepada seseorang yang akan menganut agama hindu agar sah di dalam hukum dan masyarakat sebagai penganut hindu.




BAB II
LANDASARAB TEORI

A.    Pengertian Sudhi Wadani
Secara ethimologi Sudhi Wadani berasal dari kata Suddi dan Wadani. Sudhi  dari bahasa Sanserketa (f), yang berarti penyucian, persembahan, upacara pembersihan. Penyucian. Kata yang sepadan dengan suddhi adalah suddha (mfn), yang berarti bersih, cerah, putih tanpa cacatatau cela. Baik kata suddhi maupun suddha berasal dari akar kata kerja suddh (kl. I, Paras, Atm), yang berarti membersihkan, mensucikan , menjadi bersih, suci. Waddhani secara gramatikal, berasal dari kata benda vada (mfn) yang berarti perkataan, permbicaraan, yang dalam kata majemuk, kata vada itu hanya terpakai sebagai kata terakhir, misalnya Priyamvada yang berbicara dengan baik atau dengan pantas. Dengan memperhatikan arti kata suddhi dan wadani tersebut tadi, maka suddhi wadani dapat diartikan dengan kata-kata penyucian. Secara singkat dapat dikatakan bahwa upacara suddhi wadani adalah upacara dalam Hindu sebagai pengukuran atau pengesahan ucapan atau janji seseorang yang secara tulus ikhlas dan hati suci menyatakan menganut agama Hindu.
Dalam pengukuhan ini yang menjadi saksi utama adalah Sanghyang Widhi (Tuhan), yang bersangkutan sendiri dan Pimpinan Parisada Hindu Dharma Indonesia atau yang ditunjuk untuk mewakili acara dimaksud.

B.     Sarana Upacara
Setiap upacara yang dilaksanakan oleh umat Hindu selalu ditunjang dengan sarana yang  disebut upakara yang umumnya dalam bentuk materi.
Adapun yang dikatagorikan pokok-pokok upakara yang sudah lasim digunakan oleh umat Hindu adalah :
1.      Berwujud dedaunan, seperti : daun kelapa, daun enau, daun pisang, daun sirih, dan lain-lainnya.
2.      Berwujud buah-buahan, seperti : buah kelapa, beras/padi, pinang, kacang-kacangan dan lain-lainnya.
3.      Berwujudan bunga-bungaan atau kumbang.
4.      Berwujud dan air.
Memperhatikan jenis-jenis upakara yang digunakan, jelas sekali tidak menyimpang dengan apa yang digariskan Bhagawad Gita IX.26 berikut ini:
“Pattram pushpam phalam toyam yo me bhaktya prayachchati tad aham bhaktyyupahritam asnami prayatatmanah”.
Siapa yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai daun, sekutum bunga, sebiji buah-buahan atau seteguk air, Aku terima sebagai bakti persembahan dari orang yang berhati suci.
Saranan upacara yang digunakan oleh umat Hidu bertujuan untuk mengarahkan dan menuntun pikiran seseorang untuk memuja Hyang Widhi penuh dengan ketenangan. Mengingat sarana upacara yang digunakan diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkam nilai estetika yang mengagumkan baik dari segi lahiriah maupun batiniah.
Perlu diketahui, didalam penggunaan sarana upacara pada saat melangsungkan upacara Sudhi Wadani, bukannya besar atau kecilnya upakara yang dijadikan tolok ukur sebagai pengesahan, melainkan ketulusan hati dan kesucian pikiran dari yang melaksanakan dan mengikuti acara upacara Sudhi Wadani tersebut.  Dan yang paling penting upacara yang dilaksanakan hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi dalam lokasi/daerah masing-masing, sepanjang tidak menyimpang dari apa yang telah disurat dalam ajaran agama Hindu.
Sesuai dengan hasil keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu yang diselenggarakan tanggal, 18 s/d 20 Februari  1982 ditetapkan adanya 3 (tiga) tingkatan atau 1 kategori sarana upacara Suddhi Wadani, yaitu:
1.      Menggunakan upakara/banten, seperti : byakala, prayascita, tataban, penggunaan sarana ini sudah termasuk tingkatan paling besar (uttama).
2.      Menggunakan sarana berupa : bunga, bija, dan bhasma.
Penggunaan saran ini sudah termasuk tingkatan sederhada (madyama).
3.      Mengunakan saran berupa : bunga, bija, dan air.
Penggunaan sarana ini sudah termasuk tingkatan kecil (kanistha).
Disamping itu penggunaan Api dalam bentyk dupa dan dipa, mengucapkan mantram penyucian diri : OM. SA, BA, TA, A, I, NA, MA, SI,WA,  YA, AM, UM, OM tetap dilaksanakan dengan baik upacara tersebut dalam tingkatan besar, sederhana maupun kecil.
Adapun makna dari penggunaak sarana upacara pada saat Sudhi Wadani adalah :
·         Byakala : untuk melenyapkan segala kekotoran sehingga menumbuhkan kesucian diri seorang, terhindar dari roh jahat dan sejenisnya. Disamping itu upakara Byakala merupakan simbolisasi untuk melenyapkan pengaruh bhutakala yang bercokol pada tubuh seorang, dengan upacara Byakala ini diharapkan calon yang sudah disuddhikan dapat meningkatkkan kesucian dirinya.
·         Pryascita : berfungsi sebagai pembersih secara lahir batin seseorang, dari segala kekotoran. Prayascita mempunyai arti simbolisasi sebagai penyucian pikiran, dengan kekuatan dan kemahakuasaan pada Dewa sinar sucinya Hyang Widhi semua hal yang bersifat negative dapat dilenyapkan dari fisik seseorang sehingga atma yang bersemayam dalam diri pribadi dapat memancarkan sinar sucinya.
·         Tataban/Ayaban : berfungsi sebagai persembahan kepada Hyang Widhi sebagai pernyataan ucapan terima kasih yang kemudian dinikmati oleh yang melaksanakan upacara dimaksud untuk kebahagiaan hidup. Hal serupa sudah merupakan keharusan umat Hindu untuk mempersembahakan terlebih dahulu makanan yang dimiliki sebelum dinikmati sebagai kebutuhan hidup.
·         Bunga/kembang : dipakai sebagai pertanyaan seta bhakti yang tulus ikhlas kehadapan Hyang Widhi serta para leluhur. Hal ini terbukti  bunga/kembang yang digunakan adalah bunga yang segar dan harum.
·         Bija : berfungsi untuk mensucikan pikiran, perkataan dan perbuatan (bayu, sabda, idep). Bija yag dibuat dari beras yang dicampur dengan air cendana, kemudian diberikan puja mantra oleh pandita diyakini oleh umat Hindu  sebagai symbol benih yang suci dan sempurna, dengan harapan kesucian itu dapat tumbuh berkembang memancar pada diri seseorang. Karena itu bija digunakan pada pusat titik matinya tubuh manusia, sperti pada dahi, dada, pelipis, dan ditelan.
·         Basma : dibuat dari tepung cendana dicampur dengan air,sebagai simbolisasi peleburan terhaap segala perbuatan yang tidak baik dan kecemaran pikiran.
·         Air : sebagai simboliasi peleburan dosa dan melenyapkan noda-noda sehingga badan menjadi bersih dan suci, memohon kesehatan, ketentraman dan kebahagiaan lahir batin. Air yang sudah disucikan dengan puja mantra oleh pandita disebut dengan Tirtha, pengunaanya dipercikan diatas kepada (ubun-ubun), diminum, diraup dimuka sebagai pembersih bayu, sabda ,dan idep.
·         Api : berfungsi sebagai lambing sinar suci Hyang Widhi yang menyinari alam semesta berserta isinya dengan penuh kebijakan dan member kehidupan kepada alam semesta, sebagai perantara  yang menguubungkan antara pemuja dengan yang dipuja, sebagai pembasmi segala kekotoran dan mengusir roh jahat dan sebagai saksi upacara didalam kehidupan umat Hindu.
Pernyataanj tersebut diperkuat oleh beberapa sloka sebagai berikut:
Oh Tuhan, kuat laksana api, Maha kuasa, tuntunlah kami semua, segala yang hidup ke jalan yang baik,segala tingkah laku menuju kepada-Mu yang bijaksana, jauhkan dari jalan yang tercela yang jatuh dari pada-Mu, baik penghormatan maupun kata-kata yang hamba lakukan.
“Brahma rpanam Nrahma Hawir gnam brahmana hutam, Brahnmai wa tena gantawyam, Brahma karma samadhina.
                                                      (bhagawad gita IV, 24)
Kepada Brahman persembahan ini, Brahma adalah mentega, persembahan api adalah Brahman, Hua adalah Brahman, kepada Brahmanlah di harus mengahadap, dengan meditasi atas karya Brahman.
“Daiwa wa pare yajnam Yoginah Paryu pasate, Brahmagnan apare  yajnam Yojnewnai wo pajuhwati.
                                                        (Bhawagawaad gita 1v. 25)
Beberapa yogi pemuja Dewata, yang lainnya mempersembahkan sesajen itu kepada api Brahman sebagai yajna.
C.    Pelaksanaan upacara
Pelaksanaan upacara bagi umat Hindu dari satu daerah ke daerah lainnya memiliki perbedaan dan cirri khas tersendiri, yang disesuaikan dengan corak budaya serta nalar masing-masing individu. Demikian juga pelaksanaan upacara Sudhi Wadani memiliki perbedaan di setiap daerah di Indonesia.
Adapun pelaksanaan upacara Sudhi Wadani yang lazim dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1.      Yang bersangkutan (orang yang akan disuddhikan), mengajukan permohonan pensudhian kepada Parisda Hindu Darma Indonesia setempat, dengan melampirkan surat pernyataan masuk agama Hindu dan pas Foto.
2.      Pihak Parisada sebagai penanggung jawab pelaksanaan upacara Suddhi Wadani menunjuka salah seorang rohaniawan untuk memimpin upacara, mempersiapkan upakara dan tempat pelaksanaan upacara.
3.      Setelah ditentukan pemimpin upacara, upakara, tempat upacara, Parisada memanggil calonyang akan disuddhikan, biasanya tempat pelaksnaan upacaranya adalah di Pura atau tempat suci yang pandang cocok untuk melangsungkan acara dimaksud.
4.      Setelah semua persiapan dilakukan, pemimpin upacara terlebih dahulu mengantarkan upakara itu dengan puja mantra kehadapan Hyang Widhi beserta manisfestasi-Nya yang dipusatkan pada bangunan suci Padmasana.
5.      Kepada calon yang akan mengikuti pensuddhian diharapkan sudah siap lahir batin, persiapan lahir dengan terlebih dahulu mandi, keramas serta menggunakan pakaian yang bersih dan rapi.
Sedangkan persiapan batin yang patut dilakukan adalah memantapkan bhakti dan menyerahkan diri sepenuhnya kepda Hyang Widhi sebagai saksi agung.
6.      Sebelum memasuki halaman tempat suci, terlebih dahulu dilaksanakan upacara Byakala, agar yang disuddhikan dibersihkan dari pengaruh Bhutakala yang bercokol pada tubuh yang bersangkutan .
Doanya :
“ Om kaki bhuta penampik lara, kaki bhuta penmpik klesa, ngunduraken bhaya kalaning manusaning hulun.
Om ksama sampurna ya nama”.
7.      Setelah melaksanakan upacara Byakala, orang yang disuddhkan diantar masuk kedalam tempat suci, kemudian dilakukan  upacara Prayascita. Upacara ini bertujuan yang bersangkutan dapat dibersihkan dan disucikan dari kotoran sehingga Atma yang bersemayam dalam diri pribadinya dapat memancarkan sinarnya.
Doanya :
“Om Sri Guru Saraswati, sarwa roga, sarwa papa, sarwa klesa, sarwa kali, kuluwas ya namah swaha”.
8.      Upacara selanjutnya adalah persembahan upakara berupa tataban atau ayaban sebagai pertnyaatan terima kasih kehadapan Hyang Widhi.
Doanya :
“ Om Bhuktyantu sarwa dewa bhuktyantu tri loka natham segenah  sapariwarah, sarwagah, sadhasidasah”.
9.      Setelah selesai mengahturkan upakara, pemimpinan upacara membacakan pernyataan yang sudah ditulis oleh yang yang melakukan Sudhi Wadani, kemudian ditirukan dengan seksama. Adapun bunyi surat pertanyaan yang ditulias pada blangko surat pertanyaan oleh calon Sudhi Wadani adalah sebagai berikut :
a.       Om Tat Sat ekam eva advityam Brahman
Sang Hyang Widhi Wasa hanya satu tidak ada duanya
b.      Satyam eva jayate
Hanya kebenaran yang jaya (menang)
c.       Dengan melaksanakan ajaran agama Hindu kebahagiaan pasti akan tercapai.
Kemudian selesai mengucapkan peranyaan tersebut, yang disuddhikan menempati pertanyaannya itu dengan mengucapkan janji sebagai berikut:
a.       Bahwa saya tetap akan  tunduk serta taat pada hukum Hindu.
b.      Bahwa saya tetap akan berusaha dengan sekuat tenaga dan pikiran serta batin untuk dapat memnuhi kewajiban saya sebagai umat Hindu.
Kemudian dilanjutkan dengan penandatangan surat keterangan Sudhi Wadani, baik oleh yang bersangkutan maupun oleh para saks-saksi.
10.  Setelah penandatangan selesai dilanjutkan dengan sembahyang bersama yang dipimpin oleh pemimpin upacara guna memohon persaksian dan satu rerstu dari Hyang Widhi.
Adapun rangkaian persembahyangan sebagai berikut:
a.       Menyembah tanpa sarana (tangan kosong) yaitu tangan dicakupkan, diangkat setinggi dahi sehingga ujung jari sejajar ubun-ubun. Doanya : Om Atma tattwatna sdhmam swaha.
Artinya :
Hyang yang merupakan Atma dari Atma Tattwa, sucikanlah hamba.


b.      Menyembah dengan bunga/kembang.
Tangan menjepit bunga, ujung jari sejajar ubun-ubun ditunjukan kehadapan siswa Raditya, manifestasi Hyang Widhi sebagai Dewa Surya untuk menyaksikan semua persembahan manusia.
Doanya : om Adutyasya paramjyoti, rajtateja nano stute sweta panjaka madhyastha bhaskara ya namo stute, Om Pranamya bhaskara dewam, sarwa klesa winasanam, pranamyaditya ciwartham bhukti mukhti warapradham, om rang ring sah Parama Cowaditya namo namah swaha.
Artinya :
Hyang Widhi, hamba sembah engkau dalam manifesia sebagai sinar surya yang merah cemerlang, berkilau cahayu-Mu, engkau putih suci bersemayam di tengah-tengah laksana teratai, Engkaulah Bhaskara yang hamba puja selalu . Hyang Widhi, cahaya sumber segala sinar, hamba menyembah-Mu agar segala dosa dan kotoran yang ada pada jiwa hamba menjadi sirna binasa.
Karena dikau adalah sumber bhukti dan muhkti. Kesejahteraan hidup jasmani dan rohani. Hamba memuja-Mu, Hyang Widhi Paramaciwaditya.
c.       Menyembah dengan kwangen.
Tangan menjepit Kwangen, ujung jari sejajar ubun-ubun sehingga permukaan kwangen berada lebih tinggi dari ubun-ubun. Pemujaan dengan kwangen  ditujukan  kehadapan  dalam manifestas-Nya Hyang Widhi sebagai Ardanareswari.
Doanya :
Om, namah dewa adhisthanaya,,sarwa wyapiowaiciwaya, padmasana eka pratishaya ardhanarecwaryainamo namah.
Artinya :
Hyang Widhi hamba memuja-Mu sebagai sumber sinar yang hamba muliakan, hamba memuja dikau sebagai Siwa penguasa semua mahluk, bertahta pada Padmasana sebagai satu-satunya penegak. Engkaulah satu-satunya wujud tunggal Ardanaresawari yang hamba hormati.
d.      Menyembah dengan Kwangen
Atangan dijepit Kwangen , ujung jari sejajar ubun-ubun ditujukan kehapan Hyang Widhi guna memohon anugrah .
Doanya :
Om Anugraha manohara dewatta nugrahaka arcanam sarwapujanam, namahsarwanugrahaka. Dewi-dewi mahasidhi, yajnakita mulat idham laksmisidhisca dhirgayuh, nirwignam sukha wrdhisca. Om gharing anugraha arcana ya namo namah swaha, Om gharing anugraha manoharaya namo namah swaha.
Artinya :
Hyang Widhi, limpahkanlah anugrah-Mu yang mengembirakan pada hamba, Hyang Widhi maha pemurah yang melimpahkan segala kebahagiaan, yang dicita-citakan serta di  puji-puji dengan segala  pujian. Hamba Puja Engkau yang melimpahkan segala macam anugrah, sumber kesiddhian semua dewata yang semua berasal dari yajna kasih saying-Mu.
Limpahkanlah kemakmuran, kesiddhian, umur panjang serta keselamatan. Hamba puja Engkau Dikau untuk dianugrahi kebahkitan dan kebahagiaan.
e.       Menyembah tanpa sarana
Tangan dicakup diangkat sejajar dahi, sehingga ujung jari sejajar  ubun-ubun. Tujuan menyembah terakhir ini untuk mengucapkan terimakasih atas anugrah yang dilimpahkan.
Doanya :
Om Dewa suksama parama-achintya nama swaha
Om Santih, Santih, Santih Om.
Artinya :
Hyang Widhi, hamba memuja-Mu dalam wujud suci yang gaib serta wujud maha agung tak dapat dipikirkan. Semoga semunya damai dihati, damai di dunia, damai selalu.
Dengan demikian berakhirlah rangkaian persembahanyangan yang kemudian disusul dengan memohon tirtha (air suci) yang dipercikkan, diminum dan diraup.
Doanya :
Om Pratama sudha, dwitya sudha, tritya sudha, sudham wari astu.
Artinya :
Pertama suci, kedua suci, semoga disucikan dengan air ini.
11.  Sebagai rangkaian terakhir dari pelaksanaan upacara Sudhi Wadani adalah Dharma Wacana yang diberikan oleh parisada Hindu Dharma atau yang mewakili. Tujuan dharna wacana ini diberikan adalah untuk memberikan bekal dan tuntunan kepada umat Hindu yang mulai menganut agama Hindu. Upacara ditutup dengan memberikan ucapan selamat oleh yang ikut menyaksikan berlangsungnya upacara pensudhian. Selanjutanya diakhiri dengan Parama santhi.

D.    FUNGSI DAN TUJUAN  UPACARA SUDHI WADANI
1.      Sebagai penyucian
Didalam Weda telah dijelaskan bahwa semua upacara yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya adalah untuk menyucikan secara spiritual jasmani dan rohani seseorang, demikian juga tentang fungsi pelaksanaan upacara Sudhi Wadani.
Upacara Sudhi Wadani sebagai penyucian, dapat ditinjau dari berbagai hal, diantaraya :
1.      Dari segi pengertian Sudhi Wadani yang telah diuraikan sebelumnya dimaksud dalam hal ini adalah : bersih, benar dan fropesional. Sedangkan kata-kata adalah tingkah laku yang ebrhubungan dengan perkataan atau ucarapan. Kenapa penyucian kata-kata itu penting? Hal ini dapat ditinjau kembali dari maksud upacara ini diadakan yaitu sebagai pertanyaan tekad untuk menganuta agama Hindu. Untuk mennyampaikan tersebut kepada orang lain cara yang paling mudah dan efektif dilakukan adalah melalui kata-kaa atau ucapan. Perkataan adalah alat yang amat penting diperhatikan guna menyampai9kan segala isi hati kepada orang lain. Dari kata-kata yang diucapkan seseorang, kita dapat menduga dan mengerti isi hati orang tersebut, apakah orang itu bermaksud jahat  yang akan mengakibatkan kesusahan, atau bermaksud  baik yang akan mendatangkan kebahagiaan.
Demikian pentingya makna perkataan dalam kehidupan manusia karena itu perlu pertimbangan ucapan/kata-kata yang diikrarkan hendaknya dapat mencerminkan nilai pribadi dan nilai kebenaran, sehingga dapat membahagiakan semua pihak.
Pelaksanaan upacara Sudhi Wadani dimaksudkan adalah untuk mengukuhkan ucapan atau perkataan tekad melalu kata-kata/ucapan yang disucikan dari seseorang yang menganut agama Hindu.
Dengan adanya penyucian prilaku dalam bentuk perkataan, maka dapat diakatan upacara Sudhi Wadani berfungsi sebagai upacara lahir batin.
2.      Dari upakara-upakara yang dipergunakan.
Bila diperhatikan sarana upakara yang dipergunakan dalam upacara Sudhi Wadani, semuanya mengandung makna simbolisasi sebagai pembersihan baik yang dipergunakan dalam upacara-upacara yang bersifat umum maupun upacara yang bersifat khusus secara lahir batin seseorang yang akanmasuk menjadiu penganut agama Hindu.
Adapaun upakara-upakara yang dimaksud adalah :
a.       Byakala .
Byakala adalah sarana simbolisasi untuk melenyapkan oengaruh bhutakala,yaitu pengaruh negative yang bercoklol dalam tubuh seseorang. Dengan sesajen ini diharapkan seseorang dapat meningkatkan kesucian diri pribadinya, kalau diperhatikan bahan-bahan perlengkapan pada upakara ini, beberapa diantaranya berbeda dengan banten lain,yaitu :
§   Sebuah ayakan/ sidi merupakan alat pemisah antara yang diperlukan dengan tidak (gabah  dengan dedak). Dengan ayakan ini acara simbolis seseorang akan dipisahkan dari kotoran atau pengaruh negative sehingga menjadi bersih atau suci.
§   Daun pandan yang berduri dianggap dapat mengusir roj-roh jahat dan lain sejenisnya, sehingga penggunaan daun pandan ini sering dipergunakan pada tempat menanam ari-ari agar si bayi terhindar  dari pengaruh negatif.
§   Dua buah nasi yang bernetuk segi empat dan segi tiga. Bentuk ini sebenarnya memiliki arti yang amat luas, tetapi dalam hal ini bentuk tersebut melambangkan Singhasana yang artinya tempat duduk, sedangkan segitiga melambangkan Anatasana yang berarti sikap para dewa atau roh suci untuk menerima pujian-pujian, nyanyian dan tari-tarian.
§   Sebuah penek yang berisi nasi, bawang dan jahe adalah merupakan makanan khas yang disukai oleh para Bhutakala.
§   Tetimpug yang terbuat dari bambu, dibakar sampai meletus tiga kali, hal ini kiranya mempunyai dua artiyaitu sebagai tanda upacara segela dimulai dan sebagai simbolisasi memanggil para Bhutakala dari tempatnya untuk diberi labaan/persembahan (korban).
§   Isuh-isuh adalah simbolisasi untuk mengembalikan para bhutakala ke tempatnya, agar tidak menggangu.
b.      Prayascita.
Prayascita adalah sesajen yang dipergunakan untuk membersihkan atai penyucian seara rohani orang yang bersangkutan dari kekotoran. Tujuan dari banten prayascita ini adalah membersihkan secara rohani tempat, bangunan, orang yang bersangkutan dari segala kekotoran. Penggunaan banten Byakala dan Prayascita hamper digunakan pada setiap upacarayang bersifat : penyucian seperti dalam upacara Dewa Yadnya, banten ini digunakan pada waktu melepas bangunan atau pelinggih yang tujuannya adalah agar bangunan atau pelinggih memiliki kekuatan sinar  suci dapat memberikan getaran keyakinan pada diri seseorang.
Pada upacara Manusia Yadnya, khususnya pada upacara Perkawinan, banten Byakala dan Prayascita selalu digunakan pada waktu dilaksanakannya upacara pakala-kalaan. Maksudnya agar kedua mempelai dapat disucikan secara lahir batin.
Sedangkan pada tingkatan yang Madhya dan kanstha, dipergunakan sarana air sebagai penyucian, karena air diyajini oleh umat Hindu sebagai pelebur dan melenyapkan noda-noda sehingga badan dan pikiran menjadi bersih dan suci.
2.      Berfungsi sebagai Persaksian
Upacara Sudhi Wadani disamping berfungsi sebagai penyucian juga mengandung makan sebagai persaksian. Persaksian secara niskala (abstrak) dimaksud bahwa seseorang yang akan melaksanakan upacara Sudhi Wadani dimohonkan di kehadapan Hyang Widhi dengan berbagai menifestasi-Nya  guna diberikan restu (anugrah) menjadi penganut agama Hindu . karena kita sebagai manusia yang berbudi meyakini bahwa Hyang Widhilah yang dapat mengatur dan mempengaruhi gerak kehidupan di dunia seprti haknya matahari menerangi dan mempengaruhi kehidupan di dunia ini.
Pemujaan kehadapam Hyang Widhi beserta menifestasi-Nya sebagai saksi niskala dalam upacara Suhdi Wadani, tampak ketika pemimpin upacara (Pandita dan Pinandita) memimpin persembahyangan bersama dengan harapan untuk memohon persaksian dan waranugraha.  
Persaksian secara skala (nyata) adalah adanya persaksian oleh manusia sangat penting dilakukan karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya orang lain, sehingga bisa hidup sendir tanpaadanya orang lain, sehingga kehidupan menjadi wajar dan sempurna seacara fisik maupun mental, manusia sangat memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri, pengakuan maupun tanggapan emosional didalam menunjang pergaulan sehari-hari. Untuk itulah dihadirkan saksi secara skala (nyata) pada saat melaksanakan upacara Sudhi Wadani.
Disini akan terbukti bahwa orang yang bersangkutan menjadi benar-benar sudah menyatakan tekadnya menjadi penganut agama hindu, sehingga kesyahannya dapat diterima oleh  semua pihak yang terkait dengan tujuan pelakanaan upacara dimaksud. Adapun syarat-syarat saksi dalam upacara Sudhi Wadani adalah :
§  Jumlah minimal 2 orang
§  Tidak memiliki hubungan darah;
§  Tidak berstatus aparat pemerintah
Dengan demikian seseorang yang sudah melaksanakan upacara Sudhi Wadani sudah dapat menyatakan dirinya kepada lingkungannya, kepada pemerintah, pihak swasta dan yang berkepentingan, bahwa ia adalah umat Hindu yang syah serta sudah patut mendapatkan perlindungan, tutntunan maupun binaan sebagaimana umat Hindu lainnya.
3.      Bertujuan untuk menyucikan lahir bathin.
Didalam Weda dijelaskan bahwa pada daya manusia mempunyai kesadaran akan dosa, hidup mereka tidak luput dari kekhilapan baik yang diakibatkan oleh pikiran, perkataan, maupun tingkah lakunya, yang kadang-kadang dapat membawa akibat yang dirasakan bersalah itu menyembabkan timbulmya hambatan bagi mereka untukmendekatkan dirinya kepada Hyang Widhi oleh sebab itulah kesucian lahir bahtin mutlak diperlukan dalam pelaksanaan upacara Sudhi Wadani. Upaya mensucikan laihir bathin dapat ditempuh dengan berbagai cara seperti melakukan tapa, bratha, yang berfungsi sebagai pengendalian atas indria dan pikiran.
Cara  lain untuk mendapatkan kesucian adalah dengan melaksanakan upacara keagamaan yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing.
Begitu pula upacara Sudhi Wadani memiliki tujuan agar seseorang yang mulai masuk agama Hindu dapat disucikan secara lahir bathin. Hal ini tanpak jelas ketika dilaksanakannya upacara Byakala sebelum yang bersangkutan memasuki tempat suci, dan selanjutnya dilaksanakan upacara Prayascita yang maksudnya agar orang yang disudhikan dapat disucikan lahir bhatin.
4.      Bertujuan memberi Pengesahan Status Seseorang.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia, mempunyai maksud dan tujuan tertentu, demikian pula dengan pelaksanaan suatu upacara keagamaan yang diyakini pengaruhnya, seperti halnya pelaksanaan upacara yang lain, maka pelaksanaan upacara Sudhi Wadani disamping sebagai penyucian lahir bahtin, juga berfungsi sebagai pengesahan status seseorang. Bila seseorang sudah melaksanakan upacara Sudhi Wadani secara hukum baik sekala (kenyataan) maupun niskala (abstrak) yang bersangkutan sudah syah menjadi penganut agama Hindu. Dalam waktu tertentu dia berkeinginan lagi kembali keagama asalnya, maka ia berkewajiban melaporkan dirinya kepada Parisada Hindu Dharam Indonesia setempat untuk dilebur kembali sebagai penganut Hindu. Sepanjang mereka tidak melapor atau tidak ada mengajukan permohonan untuk berhenti menjadi penganut agama hindu, maka secara hukum mereka masih sebagai penganut agama Hindu yang syah. Pada kenyataanya banyak terjadi, yang disebabkan karena perceraian, mereka langsung kembali ke agama asalnya tanpa terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Parisada Hindu Dharma sebagai lembaga majelis tertinggi agama Hindu. Kejadian seperti ini sudah jelas melanggar hukum Hindu. Sebagai upacara yang memiliki tujuan untukmemberi legalitas status seseorang menajdi penganut Hindu, tampak pada pelaksanaanya ketika yang bersangkutan mengucapkan sumpah/janjinya didepan para saksi-saksi dan kemudian mendatangani blangko (Surat keteranga) Sudhi Wadani.
Dengan dikeluarkan Surat Keterangan Sudhi Wadani oleh pimpinan lembaga Keagamaan Hindu, secara hukum Hindu maupun perundang-undangan yang berlaku, yang bersangkutan sudah menjadi penganut agama Hindu yang syah. Dengan demikian segala identitasnya  yang mennyangkut agama selalu menjadikan agama Hindu sebagai pedomandan tunduk kepada hukum Hindu.

BAB III
METODE PENELITIAN
                       
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sebagai suatu cara dalam pemecahan segala masalah maka metode tersebut harus dipilih berdasarkan gejala, jenis data maupun karakteristik analisis yang digunakan, sehingga mendapatkan sesuatu simpulan hasil penelitian yang diharapkan. Metode adalah cara untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Penguasa metode yang tepatdalam suatu penelitian sangatlah penting, karena metode menyangkut tentang masalah kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran peneliti. Untuk mencapai tujuan peneliti yang diharapkan, maka perlu dipandang perlu untuk menetapkan metode penelitian, karena metode penelitian merupakan alat yang sangat penting dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode penelitian merupaka suatu ilmu yang mempelajari prihal metode-metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian.
A.           Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis, artinya menelitii tentang interaksi  sosial yang terjadi dalam proses upacara Sudhi Wadani Lingkungan Karang Medain. Abdulsyani (2002 : 5) menjelaskan bahwa pendekatan sosiologis mempunyai objek studi pada masyarakat. Sedangkan suprayogo (2001 : 61) dalam bukunya “ “metode  penbelitian sosial Agama” mengatakan dorongan-dorongan, gagasan-gagasan dan kelembagaan saling mempengaruhi dan sebalaiknya juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial.
B.            Subjek dan Objek penelitian
Cara untuk menentukan subjek penelitian, peneliti menggunakan cara ‘purposive sampling’. Artinya subjek dipilih berdasarkan  ciri dan keterlibatannya dalam gejala yang dijadikan objek penelitian. Jadi subjek penelitian adalah semua sumber data baik primer maupun sekunder, Subjek penelitian bisa berwujud manusia dan bisa berujud benda yang abstrak atau non abstrak. Pada penelitian ini dijadikan subjek penelitian adalah acuan setiap orang yang menganut agama hindu, masyarakt, pendeta dan perwakilan dari parisada Hindu Darma Indonesia.
Objek penelitian ini adalah setiap gejala atau peristiwa yang akan diselidiki. Dalam upacara Sudhi Wadani terhadap masyarakat lingkungan karang Medain.

C.           Tempat Penelitian
Suprayogo (2001 :162) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif menempatakan sumber data sebagai sumber subjek memiliki kedudukan penting, ketepatan memilih dan menentukan sumber data dan menentukan kekayaan data yang diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana dara diperoleh. Apabila peneliti menggunaka kuisioner atau wacana dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yang itu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik tertulis maupun lisan (suharsimi, 2002 :107), dalam penelitian ini didubakan data yang bersumber dari :
a.         Data primer
Data primer adalah dara yang langsung diperoleh dari informan dengan  menggunakan teknik wawancara berdasarkan pertanyaan yang telah disiapkan.
b.        Data sekunder
Sedangkan data sekunder menurut sugiyono (2008 : 225) adalah data yang diperoleh dari subjek peneliti namun tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan variabel  penelitian.
Dan sekunder dalam penelitian ini adalah data-data tentang lokasi peneltian, yang dapat membantu perolehan informasi yang berhubungan dengan penelitian.
D.           Teknik pengumpulan data
Dalam kegiatan penelitian tentu digunakan suatu cara atau teknik yang dapat digunakan dalam pengumpulan data yang disebut metode pengumpulan data. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sesuai dengan bentuk dan jenis data yang ingin dikumpulkan.
a.             Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenai phenomena sosial dengan gejala-gejala psiskis untuk kemudian dilakukan pencatatan (subagyo, 1997 : 63). Sedangkan menurut suharsimi (2002 :133) menegaskan bahwa observasi disebut juga dengan pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh indera. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa observasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan menggunakan seluruh alat indera yang berhubungan langsung terhadap obyej yang teliti, yang diobservasi yaitu keadaan sekolah, guru, dan siswa. Seorang obersever harus melakukan pencatatan data untuk dikumpulkan dan diolah untuk mendapatkan data yang lebih mantap.
b.              Wawancara (interview)
Sedangkan menurut Subagyono (1997 :39). Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Dari segi pelaksanaanya maka interview dibedakan menjadi:
a.         Interview bebas (unguided interview), yaitu pewancara bebas menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
b.        Interview terpimpin (guided interview), yaitu yang dilakukan oleh pewancara dengan membawa sederatan pertanyaan lengkap dan terperinci.
c.         Interview bebas terpimpin, yaitu antara interviww bebas dengan interview terpimpin. Dalam melakukan interview.pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan dinyatakan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah sebuah dialog antara dua orang atau lebih guna memperoleh informasi-informasi mengenai masalah yang diteliti baik itu dilakukan dengan interview guide ataupun tidak. Dalam penelitian ini penulis menggunakan interview bebas metode interview ini peneliti gunakan untuk memperoleh dan dari subjek penelitian yang berfungsi untuk memverifikasi (meyakinkan) serta melengkapi data-data  yang diperoleh dari observasi. Jadi dengan metode ini peneliti alan mengetahui persepsi atau tanggapan siswa tentang model pembelajaran yang telah dilakukan. Sugiyono (2008 : 223), mengatakan dalam penelitian kualitatif  yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sebagai satu-satunya instrumen  karena manusialah yang mengahadap situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun setelah focus peneliti menjadi jelas, maka akan dikembangkan instrument penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
E.            Taknik Analisis Data
Nasution (dalam sugiyoni, 2008 : 244) menyatakan bahwa analisis data adalah pekerjaan yang sulit,memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu  yang diikuri untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri yang dirasakan cocok dengan sifat peneliti.
        Menurut meleong (2002 : 103), analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kepila, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama dan sesudah penelitian pengumpulan data dengan menggunakan analisis data kualitatif model alur yang terdiri dari tahap-tahap kegiatan sebagai berikut :
1.        Reduksi data, yaitu melakukan proses pemilahan, pemusatan perhatian, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang diperoleh, kemudian dipilih sesuai dengan fokus penelitian. Jadi data yang diperoleh dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak perlu dicatat, dirinci secara teliti kemudian merangkum, memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direkdusi akan memberikan gambaran-gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2.        Penyajian data, yaitu disajiakan dalam bentuk uraian-uraian dan bentuk teks  yang bersifat narativ dan sintesis serta tidak menutup kemungkinan ada bentuk argumentative yang dikemukan dalam memberikan interprestasi.
3.        Versifikasi/menarik kesimpulan, peneliti berusaha mencari makna dari data-data yang diperoleh dan mencari pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi dari data  yang lebih versifikasi, peneliti mengambil suatu kesimpulan.
Penyajian hasil Analisis
        Teknik analisi data akan disajikan dalam bentuk reduksi, klasifikasi,display dan interprestasi. Reduksi data artinya laporan rangkuma, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal yang penting, dicari substansinya serta pola-polanya, klasifikasi data adalh pengelompokan data-data berdasarkan cirri khas masing-masing berdasarkan obyek formal, penelitian diarahkan pada tujuan peneltitan, display data adalah mengorganisasikan dalam suatu peta yang sesuai dengan ubjek formal dan tujuan penelitian, interprestasi maksudnya adalah makna data yang masih terselubung dalam objek penelitian kemudian dilakukan penyimpulan. (kaelan, 2005 : 69-70)
Penelitian disajikan dalam bentuk narasi karena yang dikaji, dianalisis dan dideskripsikan adalah ilmu pengetahuan tentang manusia, pada hakekatnya sosial yang berbudaya, tentunya mahluk sosial manusia senantiasa mengadakan interaksi sosial. Oleh karena itu dalam penelitian yang penyajian datanya dengan kualitatif tidak hanya mengamati hal-hal yang bersifat lahriah, namun peneliti memasuki alam pikiran terus menerus, mengadakan inferensi atau tafsiran tentang apa yang dikatakan orang penyajian data dilakukan dengan deskriptif yaitu menjelaskan fenomena yang dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 2002. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Jakarta : Bumi
                          Aksara.
Gde Pudja, 2004, Bhagawad Gita. Paramita Surabaya
Moleong 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif,  Bandung PT. Remaja Doskarya
Ryanto 2001, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Surabaya : Six
Subagyo, joko, 1997. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta Rhineka Cipta
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif Dan R & D. Bandung : Pusaka Setia.
Suharsimi, Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta.
Suparyogo, Imam dan Tabroni, 2001. Metodelogi Penelitian Sosial-Agama. Bandung PT. Remaja Rosdakarya.
Kaelan 2005,Metode Peneltian Kualitatif Bidang Filsafat, Yogyakarta :
  Paradigma
Lingga I Gusti bagus (2001). Adat dan kebudayaan : Upacara Sudhi Wadani. (www. Wisatadewata.cm/artikel/adat kebudayaan