Jumat, 18 Oktober 2013

weda


Menurut beberapa sumber, veda pertamakali diwahyukan kedunia kira2 155,52 Triliun Tahun SM. Yang pertama kali diturunkan melalui sabda, sehingga weda tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Vedasruti. Sabda suci ajaran – ajaran Veda (Vedasruti) terutama diterima oleh tujuh orang Rsi yang dikenal dengan sebutan Sapta Rsi. Adapun rsi tersebut diantaranya:
  1. Rsi Grtsamada
  2. Rsi Visvamitra
  3. Rsi Vamadewa
  4. Rsi Atri
  5. Rsi Bharadvaja
  6. Rsi Vasistha
  7. Rsi Kanva.

Catur Veda
Merupakan Veda paling pokok/utama (Veda Sruti) yang menggunakan bahasa Daivivak (bahasa para dewa) yaitu bahasa yang tidak digunakan lagi dalam kehidupan manusia saat ini. Bahasa Daivivak sering juga disebut bahasa Sansekerta Veda. Catur Veda (Rgveda, Yayurveda, Samaveda dan Atharvaveda) tersusun dari 20.378 mantra/sloka.
Kemudian, tersebutlah beberapa sloka yang mewajibkan para Maharsi tersebut untuk mengajarkan Veda ini untuk keselamatan dunia. Adapun salah satu dari sloka tersebut adalah:

“Dari Tuhan Yang maha Agung dan kepadanya umat manusia mempersembahkan berbagai yadnya dan daripada-Nya muncul Rgveda dan Samaveda. Daripada-Nya muncul Yayurveda dan Atharvaveda” – Yayurveda 3.7.

“Bunga padma yang muncul dari bagian pusar Sri Visnu memuat konsep jasmani gabungan dari semua mahluk hidup. Brahma yang bermuka empat yang mengetahui keempat kitab suci Veda (catur veda), terwujud dari bunga padma tersebut” – Brahma-samhita sloka 22.

yathemam vacam kalyanim avadani janebyah, Brahma rajanyabhyam sudraya caryaya, Ca svaya caranaya ca – Yayurveda 26.2.
“hendaknya disampaikan sabda suci ini kepada seluruh umat manusia, cendikawan, rohaniawan, raja, pemerintah, masyarakat, para pedagang, petani, buruh, kepada orang – orangKu dan kepada orang asing sekalipun”

Setelah turunnya sloka tersebut, kira-kira 1,9 milyar tahun SM, barulah para Maharsi menuliskan semua wahyu yang diterimanya. Saat ini Wahyu Veda yang telah ditulis oleh para maharsi tersebut dikenal dengan nama Veda Smrti. Secara umum dapat dikatakan bahwa Veda Smrti merupakan penjelasan mendetail dari Veda Sruti dan juga terdiri dari bagian – bagian yang merupakan panduan dalam melagukan/mengucapkan mantra – mantra dalam Veda.
Veda Smrti ditulis dengan menggunakan bahasa sansekerta. Adapun bagian dari Catur Veda tersebut adalah:
  • Rgveda, merupakan pengetahuan spiritual yang mencakup Biologi dan pengetahuan tentang kehidupan. Dari sinilah kemudian diturunkan pula “Ayurveda” mencakup ilmu yang berhubungan dengan kedokteran / pengobatan dan kehidupan.
  • Yayurveda, merupakan pengetahuan spiritual mencakup purusa artha, kewajiban, perbuatan, ilmu militer dan sipil. Dari sini kemudian diturunkan pula “Dhanurveda” mencakup ilmu tentang pertahanan, militer, tata pemerintahan dan sipil/kemasyarakatan.
  • Samaveda, merupakan pengetahuan spiritual yang mencakup tata cara sembahyang dan seni melantunkan Veda. Dari sini diturunkan “Ghandarwa Veda” yang mencakup ilmu tentang seni, music dan social.
  • Atharvaveda, merupakan pengetahuan spiritual yang mencakup ilmu astronomi, matematika, geometri, keteknikan, ekonomi dan politik. Dari sini turun “Shilpaveda” yang mencakup tentang astronomi, keteknikan dan ekonomi.

Pewahyuan Veda sendiri tidak berakhir hanya dengan pewahyuan Catur Veda, tetapi tetap berlangsung melalui beberapa cara yaitu:
  1. Svaranada, vibrasi suara yang diterima oleh para Maharsi
  2. Upanisad, penerimaan pengajaran dari Paramaatman
  3. Darsana, berlangsung secara gaib / spiritual
  4. Avatara, penjelmaan tuhan kedunia dengan mengambil lila tertentu dengan tujuan menjaga kemurnian ajaran Veda dengan menyabdakan secara langsung.
Setelah diturunkan Catur Veda tersebut kemuadian barulah turun atang tubuh dari Veda tersebut, adapun secara garis besarnya antara lain:
  1. Shikshaa, merupakan ilmu artikulasi/pengucapan dan pelafalan
  2. Kalpa, merupakan uraian/penjelasan dari Veda
  3. Nirukta & Nigantu, merupakan pengetahuan etimologi
  4. Prathisakhya/vyakaran, merupakan ilmu tata bahasa (grammer)
  5. Chanda, merupakan ilmu tentang sajak/puisi dan tata cara pengucapan mantra veda
  6. Jyotisha, merupakan ilmu astronomi dan astrofisika.
Dari kitab – kitab diatas berulah diturunkan kitab veda lainnya.

Kira –kira pada tahun 129,5 juta tahun SM, diturunkan Kitab Suci Veda Smrti yang berisikan tentang hukum, criminal, norma, perdata dan aturan – aturan kehidupan social manusia melalui seorang Rsi yang dikenal dengan nama Vaivasvat Manu. Kitab ini kemudian sering disebut Manusastra.

Konsep pengajaran Veda adalah melalui garis parampara/perguruan yang tidak terputus. Selama jutaan tahun Veda diajarkan secara lisan dan tertulis dari guru ke murid – muridnya.

Pada tahun 3138 SM diwahyukan Bhagawadgita oleh Sri Krisnha. Beliau adalah Avatara tuhan yang turun saat berakhirnya Dvapara Yuga. Melalui Itihasa (epos) Mahabharata, Maharsi Vyasa menyusun kembali kitab tersebut.

Pada akhir “Dvapara Yuga” atau awal “Kali Yuga” Maharsi Vyasa mengkondisikan dan menulis ulang mantra – mantra Veda. Ini dimaksudkan karena, beliau menyadari bahwa ingatan manusia pada jaman Kali yuga ini akan sangat merosot. Beliau memimpin langsung penulisan kembali kitab suci Veda. Beliau dibantu oleh para murid beliau antara lain:
  • Rgveda, disusun oleh Rsi Pulaha (Rsi Paila)
  • Yayurveda, disusun oleh Rsi Vaisampayana
  • Samaveda, disusun oleh Rsi Jaimini

Etimologi
Secara etimologi, kata Weda berakar dari kata vid, yang dalam bahasa Sanskerta berarti "mengetahui", dalam rumpun bahasa Indo-Eropa berakar dari kata weid, yang berarti "melihat" atau "mengetahui".[3] weid juga merupakan akar kata dari wit dalam Bahasa Inggris, sebagaimana kata vision dalam bahasa Latin.
 Upaweda
Upaweda merupakan turunan dari Weda yang merupakan jurusan ilmu yang lebih spesifik dalam aplikasi kehidupan. Upaweda digolongkan dalam beberapa jurusan, antara lain:
Ayurveda dan Dhanurveda memiliki beberapa kesamaan dalam kegiatan prakteknya. Keduanya bekerja dengan memanfaatkan Marma, energi Prana yang mengalir di dalam tubuh. Ayurveda berfungsi mengobati badan jasmani, sedangkan Dhanurveda memanfaatkan energi prana sebagai pelindung tubuh. Konsep ini juga dikenal dalam ilmu pengetahuan di Cina, dalam akupuntur dan seni beladiri-nya.
  • http://id.wikipedia.org/wiki/WedaAtharvaveda, disusun oleh Rsi Sumantu.
Bahasa Sanskerta Weda atau disingkat sebagai bahasa Weda adalah bahasa yang dipergunakan di dalam kitab suci Weda, teks-teks suci awal dari India. Teks Weda yang paling awal yaitu gweda, diperkirakan ditulis pada milennium ke-2 SM, dan penggunaan bahasa Weda dilaksanakan sampai kurang lebih tahun 500 SM, ketika bahasa Sanskerta Klasik yang dikodifikasikan Panini mulai muncul.
Bentuk Weda dari bahasa Sanskerta adalah sebuah turunan dekat bahasa Proto-Indo-Iran, dan masih lumayan mirip (dengan selisih kurang lebih 1.500 tahun) dari bahasa Proto-Indo-Europa, bentuk bahasa yang direkonstruksi dari semua bahasa Indo-Eropa. Bahasa Weda adalah bahasa tertua yang masih diketemukan dari cabang bahasa Indo-Iran dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa ini masih sangat dekat dengan bahasa Avesta, bahasa suci agama Zoroastrianisme. Kekerabatan antara bahasa Sansekerta dengan bahasa-bahasa yang lebih mutakhir dari Eropa seperti bahasa Yunani, bahasa Latin dan bahasa Inggris bisa dilihat dalam kata-kata berikut: Ing. mother /Skt. मतृ matṛ or Ing. father /Skt. पितृ pitṛ.
Sebuah persamaan menarik lain bisa diketemukan dari kata Sanskerta dan Persia berikut sthaan dan staan yang artinya adalah “tanah” atau “negara” (berkerabat dengan kata Inggris to stand yang artinya "berdiri").
 Sejarah
Lima tahap berbeda bisa dibedakan dalam perkembangan bahasa Weda.
  1. Rgweda. Kitab Rgweda mengandung paling banyak bentuk arkhais dari semua teks-teks Weda dan masih pula banyak mengandung unsur-unsur bersama bahasa Indo-Iran baik dalam bentuk bahasa maupun isi teks, yang tidak diketemukan dalam teks-teks Weda lainnya. Kecuali beberapa bagiannya, (buku ke-1 sampai ke-10), diperkirakan kitab Rgweda sudah selesai ditulis pada tahun 1500 SM.
  2. Bahasa Mantra. Periode ini mencakup baik mantra maupun bahasa prosa dalam kitab Atharwaweda (Paippalada dan Shaunakiya), Rgweda Khilani, Samaweda Samhita (yang mengandung kurang lebih 75 mantra yang tidak ada dalam kitab Rgweda), dan mantra-mantra Yajurweda. Teks-teks ini sebagian besar diambil dari Rgweda, namun sudah banyak berubah, baik dari segi linguistik maupun tafsirnya. Beberapa perubahan penting termasuk berubahnya kata wiwa "semua" menjadi sarwa, dan meluasnya bentuk dasar verba kuru- (dalam kitab Rgweda tertulis krno-). Masa ini bertepatan dengan munculnya awal Zaman Besi di barat laut India (besi pertama kali disebut dalam kitab Atharwaweda), dan munculnya kerajaan Kuru, kurang lebih pada abad ke-12 SM.
  3. Teks prosa Samhita. Periode ini memiliki ciri khas munculnya pengkoleksian dan kodifikasi kanon Weda. Sebuah perubahan linguistik penting ialah menghilangnya injunktivus nd dalam modus-modus aoristus. Bahagian komentar Yajurweda (MS, KS) termasuk pada periode ini.
  4. Teks prosa Brahmana. Teks-teks Brahmanas sendiri dari Catur Weda termasuk periode ini, begitu pula Upanishad yang tertua (BAU, ChU, JUB).
  5. Bahasa Sutra. Ini adalah tahap terakhir bahasa Sanskerta Weda sampai kira-kira tahun 500 SM, mengandung sebagian besar Śrauta dan Grhya Sutra, dan beberapa Upanishad (misalkan KathU, MaitrU. Beberapa kitab Upanishad yang lebih mutakhir termasuk masa pasca-Weda).
Sekitar tahun 500 SM faktor-faktor budaya, politik dan linguistik memberikan sumbangan dalam mengakhiri periode Weda. Kodifikasi ritus-ritus Weda mencapai puncaknya, dan gerakan-gerakan tandingan seperti Wedanta dan bentuk-bentuk awal agama Buddha, yang lebih suka menggunakan bahasa rakyat Pali daripada bahasa Sanskerta dalam menuliskan teks-teks mereka, mulai muncul. Raja Darius I dari Persia menginvasi lembah sungai Indus dan pusat kekuasaan politik di India mulai pindah ke arah timur, ke sekitar sungai Gangga.
 Tatabahasa
Bahasa Weda memiliki sebuah bunyi frikatif labial [f], yang disebut upadhmaniya, dan sebuah frikatif velar [x], yang disebut jihwamuliya. Kedua-duanya merupaka alofon daripada wisarga: upadhmaniya muncul sebelum p dan ph, jihwamuliya sebelum k dan kh. Bahasa Weda juga memiliki huruf khusus (aksara Devanagari) untuk l retrofleks, sebuah alofon antara vokal , yang biasa dialihaksarakan sebagai atau h. Dalam membedakan l vokalik daripada l retrofleks, l vokalik kadangkala dialihaksarakan dengan menggunakan tanda diakritis berbentuk lingkaran di bawah huruf, l̥; apabila hal ini dilaksanakan, r vokalik juga digambarkan dengan sebuah lingkaran, r̥, demi asas konsistensi.
Bahasa Weda merupakan bahasa yang memiliki pitch accent (Indonesia ?). Karena sejumlah kecil kata-kata menurut pelafazan Weda mengandung apa yang disebut swarita mandiri pada sebuah vokal pendek, maka bisa dikatakan bahwa bahasa Weda “mutakhir” adalah sebuah bahasa nada secara marginal. Namun harap diperhatikan bahwa pada versi-versi Rgweda yang telah direkonstruksi secara metrik, hampir semua sukukata yang mengandung swarita harus dikembalikan kepada sebuah sekuensi dua sukukata di mana yang pertama mengandung sebuah anuswāra dan yang kedua mengandung apa yang disebut swarita bebas. Jadi bahasa Weda awal bukanlah sebuah bahasa nada melainkan sebuah bahasa yang menggunakan pitch accent.
Selain itu bahasa Weda memiliki bentuk subjunktivus, yang tidak disebut dalam tatabahasa Panini dan pada umumnya dianggap telah hilang pada saat itu, paling tidak pada konstruksi kalimat umum.
Dasar i-panjang membedakan infleksi Dewi dan infleksi Wrkis, sebuah pembedaan yang sudah hilang pada bahasa Sansekerta Klasik.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar