BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Kita semua sebagai manusia setidaknya pasti pernah mempertanyakan
keberadaa kita
dalam alam semesta ini.Mulai dari mengapa kita semua ada di sini? Bagaimana asal mula kita semua ada di sini? Dan Bagaimana asal semua ini?
Pertanyaan-pertanyaan ini,betapapun disampaikan dengan cara yang sederhana,
akan mengandung nilai kosmologis yang sangat tinggi,karena
pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat membawa kita pada kajian terperinci
mengenai alam semesta.
Agama Hindu terutama dalam kosmologi Hindu memandang bahwa alam semesta tak
lain adalah saudara kandung yang butuh diajak hidup berdampingan dengan
harmonis. Dalam pandangan kosmologi tidak ada satu butir atom melekul apapun
dianggap mati, tetapi semuanya hidup. Dengan demikian kosmologi Hindu memandang
bahwa harus ada harmonisasi antara manusia dengan alam.
Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang
astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu
dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan
sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki
alam semesta sebagai sistem yang beraturan. Kosmologi tidak pernah dapat
diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena perpaduan
dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam
semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan
pengertian tentang kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang
membawa semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari
warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu tetap bertahan, karena
sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir demikian. Kosmologi merupakan
bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya kosmologi
dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu
Berdasarkan uraian teori Fisika Kuantum dan sloka-sloka
Bhagavadgita ternyata dunia ini beserta isinya merupakan satu keluarga besar atau keluarga semesta.Antara
yang melihat dan yang dilihat adalah satu dan sama sekali tidak terpisahkan. Sebagai satu keluarga semesta maka apapun
yang terjadi dalam satu keluarga akan mempengaruhi keseimbangan atau
ketenteraman keluarga tersebut. Salah satu dari anggota keluarga, misalnya;
seorang ibu, seorang anak, seorang ayah sakit, maka seluruh keluarga akan
merasa sakit. Jika salah satu anggota keluarga berbahagia, maka seluruh anggota
akan merasa bahagia. Baik ajaran Bhagavadgita ataupun teori Fisika Kuantum
menguraikan hal yang sama, bahwa; manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda padat,
benda-benda cair dan air, serta udara adalah satu kesatuan dalam satu sistem
kosmos. Dalam kitab Upanisad, alam semesta digambarkan sebagai tubuh dari
Manusia Kosmis, sebagai Manusia Kosmis; matahari dipandang sebagai matanya,
langit sebagai punggungnya, udara (angin) sebagai napasnya, hujan sebagai
kencingnya, hutan sebagai rambutnya, kilat sebagai lirikan matanya, sungai
sebagai pembuluh darahnya. Seluruh alam semesta beserta seluruh isinya termasuk
manusia berada di dalam tubuh Manusia Kosmik,Alam semesta sebagai Manusia Kosmis, tentu apa yang terjadi pada salah satu
bagian tubuhnya akan dirasakan oleh seluruh tubuhnya. Oleh sebab itu apabila
manusia berbuat apapun terhadap segmen alam (misalnya kepada bumi), maka akan
berpengaruh pada seluruh sistem kosmos. Berdasarkan deskripsi ini baik secara
teologis maupun secara teknologis bencana yang terjadi di atas bumi ada
kaitannya dengan aktivitas manusia. Bahkan tidak saja aktivitas pekerjaan yang
dilakukan dengan tangan manusia yang dapat berpengaruh pada sistem kosmos, akan
tetapi juga termasuk aktivitas pikiran manusia. Oleh sebab itu apapun yang
dipikirkan manusia, alam akan merefleksikannya.
Semua bencana yang
terjadi di bumi ini tidak dapat dilihat semata-mata hanya sebagai wujud
“kemarahan” Tuhan. Semua perlakuan bumi itu juga dapat dilihat sebagai wujud
“cinta kasih” Tuhan, karena dengan perilaku bumi itu akan dapat menyadarkan
kembali pikiran manusia, agar manusia kembali kepada kesadaran kedewataannya.
Perilaku bumi itu sesungguhnya menyiratkan bahwa bumi sebagai ibu bagi semua
manusia merindukan kembali suatu kondisi hubungan yang harmonis dengan umat
manusia sebagai anak-anaknya yang dilandasi dengan kesadaran kedewataan dan
kesadaran kosmisnya. Hanya ketika manusia memiliki kesadaran kosmislah, maka
manusia mampu berbahasa dengan alam hingga bahasa partikel sub-atom. Ketika
manusia ada dalam kesadaran kosmis ia akan dapat berbicara dengan sebatang
pohon,Dalam mewujudkan keharmonisan antara
manusia dengan Tuhan, manusia memiliki kelebihan dalam menerima ajaran-ajaran
susila/ etika dalam menghubungkan diri dengan Tuhan (sembahyang). Ada
etika/aturan yang harus diikuti dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, baik
hubungan secara pribadi, maupun secara kolektif ( bersama-sama), misalnya persembahyangan
di pura ( tempat ibadah ).
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut dapat Dirumuskan pemasalahan
sebagi berikut
“Apa hubungan bencana alam dengan prilaku manusia bila
ditinjau dari tri hita karana”
1.3
TUJUAN DAN MAMFAAT
PENELITIAN
1.3.1 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan bencana
alam dengan prilaku manusia bila ditinjau dari tri hita karana
MAMFAAT PENELITIAN
Mamfaat dilakukannya penelitian ini adalah
1.Secara akademik merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah kosmologi semester lima falkultas filsapat pada sekolah tinggi agama hindu negeri gde pudja
mataram.
2.Secara teoritis/ilmiah adalah dapat membandingkan teori-teori yang
diperoleh dibangku kuliah dengan
kenyataan yang terjadi dimasyarakat tentang kosmologi
3.Secara prakis yaitu diharapkan hal ini dapat memberi masukan kepada semua orang bagaimana
dampak yang ditimbulkan dari ulah manusia yang tidak perhah menghargai alam
tempat kita berada ini.
BAB 2
PEMBAHASAN
Sebelum kita membahas makalah mengenai kosmologi yang saya bawa ini
terlebih dahulu kita harus ketahui apa itu kosmoslogi, Kosmologi berasal dari
bahasa Yunani “cosmos” yang artinya alam semesta, dan “logos” yang berarti ilmu
pengetahuan. Jadi Kosmologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mengupas
lebih rinci tentang alam semesta, baik berupa struktur spesial, temporal dan
komposisional alam semesta. Kosmologis adalah berkenaan dengan kosmologi (teori
tentang asal usul alam semesta); cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan
teori alam semesta; cabang ilmu perbintangan yang berhubungan dengan teori alam
semesta.
Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang
astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu
dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan
sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki
alam semesta sebagai sistem yang beraturan. Kosmologi tidak pernah dapat
diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena perpaduan
dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam
semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan pengertian
tentang kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang membawa
semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari warisan
nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu tetap bertahan, karena sebagian
kosmologi memang terancang dan terlahir demikian. Kosmologi merupakan bagian
tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya kosmologi dimulai,
pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu.
Kosmologi
dalam hindu sangat penting karena setiap upacara hindu banyak yang berkaitan
dengan alam semesta ini yang mana pada umumnya umat hindu sangat menghargai
alam ini sehingga bisa dikatakan bahwa alam ini dianggap sebagai ibu atau
sering dilukiskan sebagai dewi yang mengasuh semua kehidupan dialam ini.tapi
seiring waktu yang mana zaman telah berkembang semakin modern sehingga banyak
terjadi kegiatan yang merusak alam ini dengan alasan yang bermacam-macam,baik
itu perambahan hutan yang digunakan untuk membuka lahan pertanian ataupun
adaanya ilegalloging yang banyak dilakukan oleh masyarakat kita atau bahkan ada
lahan persawahan yang dulunya hijau dan banyak air kini banyak yang berubah
menjadi perumahan atau BTN yang mana hal itu tentunya banyak menghilangkan
lahan hijau dan banyak sungai yang dulunya airnya mengalir kini kering.
Zaman sekarang ini dikatakan telah
mencapai puncak peradaban, namun jika diperhatikan secara saksama sesungguhya
justru sekarang ini manusia mengalami puncak degradasi dan devisit spiritual.
Disharmonisasi antara manusia dengan manusia semakin merebak, selain itu
disharmonisasi antara manusia dengan alam juga sangat buruk. Hutan-hutan
ditebang tanpa memperhitungkan kebutuhan generasi mendatang. Mineral bumi
dikeruk dan dieksploitasi untuk menunjukkan kemampuan menggali dan mengangkat
kekayaan alam tanpa memperhitungkan struktur geoteknis tubuh bumi. Minyak dan
gas bumi serta cairan-cairan yang ada di dalam perut bumi yang berfungsi
sebagai pereduksi daya endogen bumi disedot sedemikian rupa sehingga struktur
kerak bumi menjadi lemah. Struktur bumi yang dapat diumpamakan seperti tumpukan
batu bata, setiap biji batu bata merupakan lambang patahan atau sesar.
Segenggam pasir atau satu bungkus air yang ada di bawah batu bata akan menjadi
penyangga dari struktur tumpukan batu-bata itu. Demikian pula halnya dengan
struktur geoteknis bumi ini, setiap elemen yang ada di bawah posisi sesar atau
patahan itu turut mewujudkan stabilitas sesar. Kandungan cairan minyak mentah,
aspal yang mengalir sejalur dengan urat nadi atau sungai di dasar bumi bila
disedot akan turut mengurangi daya dukung sesar baik terhadap daya endogen
maupun daya eksogen. Sehingga aktivitas manusia yang berlebihan untuk
mengeksploitasi kandungan bumi jelas memberi dampak kepada stabilitas struktur
geoteknis. Dengan kecerdasan dan ego manusia yang tak terkendali, manusia telah
memanipulasi semua kekayaan yang ada di dalam garbha bumi. Tanpa
disadari perlombaan ego dalam mengeksploitasi kekayaan alam yang terkandung di
dalam perut bumi menjadi salah satu timbulnya gempa tektonik.
Sebagaimana
diuraikan bahwa segala aktivitas manusia termasuk aktivitas pikiran manusia
dapat mempengaruhi sistem kosmos, apalagi aktivitas fisik yang melibatkan
tenaga otot manusia tentu sangat besar efeknya terhadap sistem kosmos. Seperti
misalnya aktivitas manusia dalam melaksanakan pengeboran (pengerukan) bumi
dengan kedalaman puluhan atau bahkan ratusan kilometer untuk mendapatkan minyak
bumi tentu akan berpengaruh terhadap struktur geologi bumi. Hal tersebut dapat
terjadi karena aktivitas pengeboran dapat menyebabkan berkurangnya unsur-unsur
dengan jumlah yang sangat besar di dalam struktur geoteknik. Berkurangnya
jumlah unsur dalam struktur geoteknik bumi dengan jumlah yang besar akan
mempengaruhi sistem daya dukung bumi terhadap beban yang ada di atasnya.
Peristiwa itu menyebabkan daya dukung bumi menjadi melemah dan itu dapat
menjadi faktor menyebabkan jebolnya (runtuhnya) struktur-struktur geologi bumi,
yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang dapat menciptakan bencana
gempa tektonik. Agar perilaku manusia di atas bumi ini tidak menyimpang dari
sistem tertib kosmos, maka manusia sangat penting belajar memahami kosmos
terutama bumi yang dipijak dan telah menopang segala macam kebutuhan hidup
manusia. Semua kebutuhan manusia di dapatkan di atas bumi sebagai tubuh Ibu Pertiwi.Semua
yang ada di alam semesta berhubungan dengan pikiran, dari pikiranlah ia
mengambil wujudnya. Ketika pikiran berhenti berpikir, maka dunia pun menghilang
dan yang ada hanyalah kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Sebaliknya ketika
pikiran berpikir yang mulia, maka dunia dan segala isinya akan tampak mulia.
Seluruh alam semesta dengan seluruh pergerakannya adalah gambar mental yang
hidup di dalam pikiran kosmik dalam pikiran Ishvara. Alam semesta ini tidak
lain adalah pola dari pikiran, mengisi diri dari Brahman, yang merupakan asal
dari seluruh semesta. Seluruh semesta yang terlihat hanya melalui pikiran dan
hal itu tidak lain adalah pola pikiran. Pikiran secara subjektif adalah
kesadaran dan pikiran secara objektif adalah alam semesta dengan semua isinya.
Seluruh dunia yang ada ini tidak lain adalah kesadaran itu sendiri Semua uraian
di atas mendeskripsikan bahwa, semua perilaku manusia baik perilaku pikiran,
perilaku kata-kata, dan perilaku tindakan memiliki efek kosmik. Hal ini juga
mengandung pengertian bahwa selain potensi berbagai bencana memang terbawa
secara laten di dalam masing-masing eksistensi, maka perilaku manusia turut
mempercepat atau memperlambat proses munculnya energi laten dari potensi
bencana yang ada pada setiap eksistensi. Untuk menciptakan kondisi kebahagiaan
yang relatif lama dalam menghadapi segala bencana dan duka yang melanda umat
manusia, maka doktrin Tri Kaya Pariúuddha dan Tri Hita Karana
merupakan solusi yang cukup signifikan.
Tri Hita Karana yang merupakan tiga hubungan manusia
yaitu pertama hubungan manusia dengan tuhan
yang mana dalam hubungan ini diharapkan manusia senantiasa selalu berada
dijalan beliau serta tidak melanggar larangan beliau,Yang kedua hubungan
manusia dengan manusia yang mana dalam hal ini kita sesama manusia haruslah
saling menghormati serta tidak saling menyakiti karena kita ini haruslah hidup
rukun berdampingan di alam ini dan yang ketiga yaitu hubungan alam semerta
dengan manusia yang mana dalam hal ini kita diajarkan menghargai alam yang mana
alam tempat kita tinggal ini adalah ibu kedua kita yang mana bila alam ini
tidak kita hargai bahkan kita menyakitinya maka alam ini akan murka sehingga
sering kita lihat banyak terjadinya bencana alam yang semua ini merupakan ulah
kita semua.dalam kejadian bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini maka kita
sebagai umat hindu bisa membenahinya dengan jalan yang ketiga yaitu selalu
menghargai alam ini karena dalam kosmologi hindu semua kejadian didalam alam
ini adalah ulah kita semua,Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan
kosmologi (ilmu cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan
hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian
bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari
metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan.
Kosmologi tidak pernah dapat diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu
pengetahuan, karena perpaduan dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman
yang mendasar mengenai alam semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang
sebenarnya sudah tersimpan pengertian tentang kosmologi. Dan itu pula alasan
mengapa kosmologi modern yang membawa semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak
pernah melepaskan diri dari warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu
tetap bertahan, karena sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir
demikian. Kosmologi merupakan bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun
kapan persisnya kosmologi dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu
Berdasarkan uraian ilmu
pengetahuan Geologi sebagaimana uraian di atas, maka secara geoteknis dapat
diketahui bahwa apabila terjadi instabilitas struktur pada salah satu
lapisan-lapisan geologi itu, akan terjadi instabilitas pada lapisan yang
lainnya. Jika instabilitas terjadi pada bagian dalam, akan memberikan dampak
yang besar pada lapisan kerak atau permukaan bumi. Ini artinya bahwa aktivitas
manusia seperti eksploitasi pada zone-zone yang terletak pada jalur dan lajur
patahan-pahan, jalur urat nadi gunung merapi yang terdapat pada lapisan di
bawah kerak bumi, maka hal itu sangat memungkinkan menjadi penyebab terjadinya
bencana di dunia ini. Dalam konsep ajaran Hindu bahwa kebahagiaan hanya akan
terwujud jika adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan
Tuhan , dan manusia dengan alam . Ajaran ini disebut Tri Hita Karana ( tiga faktor penyebab terwujudnya
kebahagiaan).Manusia memiliki peranan utama dalam mewujudkan keharmonisan
antara ketiga faktor tersebut.
Dalam mewujudkan
keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia memiliki kelebihan dalam
menerima ajaran-ajaran susila/ etika dalam menghubungkan diri dengan Tuhan
(sembahyang). Ada etika/aturan yang harus diikuti dalam melakukan hubungan
dengan Tuhan, baik hubungan secara pribadi, maupun secara kolektif (
bersama-sama), misalnya persembahyangan di pura ( tempat ibadah ).
Etika persembahyangan
pribadi tidak dapat diterapkan pada persembahyangan bersama, demikian juga
sebaliknya. Untuk jenis-jenis persembahyangan tertentu juga memiliki aturan
yang berbeda. Jika aturan/etika ini dilanggar maka dipastikan keharmonisan
tidak akan terwujud.
Sedangkan hubungan
manusia dengan alam jelas yang paling menentukan adalah manusia itu sendiri.
Alam secara kodrati hanya akan memberikan reaksi terhadap segala perlakuan
manusia kepada alam itu sendiri. Dewasa ini banyak terjadi bencana alam, seperti
banjir bandang , pemanasan global , angin puting beliung, dan sebagainya, jika
ditelusuri maka semua itu adalah akibat ulah manusia sendiri yang tidak
mengikuti aturan / etika dalam mengelola alam. Penggundulan hutan dengan ilegal
loging mengakibatkan terjadinya banjir bandang. Membuang sampah pada
aliran sungai, merusak sempadan sungai, serta pembangunan
gedung/perumahan tanpa memperhatikan penyerapan dan saluran sanitasi yang baik
mengakibatkan terjadi banjir disetiap musim penghujan.
Teologi Hindu terbagi
atas dua macam, yaitu teologi Nirguna Brahma dan teologi Saguna
Brahma. Teologi Nirguna Brahma mengajarkan bahwa Tuhan itu tidak
dapat dibayangkan seperti apa-apa (tidak dapat diberi nama apa-apa, dan tidak
dapat dibayangkan wujud-Nya seperti apa-apa). Jika manusia mengharuskan diri
untuk memberikan simbol dan nama, maka Tuhan Yang Maha Esa hanya boleh
dibayangkan dan disebut dengan kata Om. Kata Om merupakan kata
gabungan yang berasal dari tiga buah huruf, yaitu huruf A (mulut waktu terbuka)
dan huruf U ketika mulut hendak menutup, serta huruf M ketika mulut benar-benar
tertutup, AUM = OM adalah nama Tuhan yang tiada bandingnya.
Di dalam konsep Nirguna
Brahma, Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dibayangkan seperti apa-apa, maka
pembahasan-Nya hanya mungkin dilakukan oleh dan untuk para yogi atau rsi
yang telah mapan dengan berbagai konsep ketuhanan. Konsep ketuhanan Nirguna
Brahma nampaknya bukan konsumsi bagi kebanyakan umat manusia. Konsep
teologi yang mungkin dapat dibahas secara luas adalah konsep ketuhanan Saguna
Brahma, dalam teologi inilah Tuhan dihadirkan dengan berbagai macam
manifestasi yang disebut dewa. Inilah yang menjadi alasan mengapa bagi
kebanyakan orang, sosok dewa harus dihadirkan dalam pemujaan kepada Tuhan. Bagi
kebanyakan orang kehadiran Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai para dewa juga
masih dianggap belum mampu dihayati secara nyata, karena masih mengandung unsur
simbol yang abstrak. Dikatakan demikian karena kehadiran Tuhan dalam
manifestasi sebagai sosok dewa hanya mengandung simbol satu dimensi (niskala)
saja, yang sulit dibayangkan. Untuk membantu kepentingan manusia dalam memuja
Tuhan, maka para dewa lebih dikonkritkan lagi dalam bentuk simbol dua dimensi,
yakni dimensi sakala dan niskala. Berdasarkan alasan inilah para
dewa sebagai manifestasi Tuhan dihadirkan sebagai wujud Energi yang ada di
balik bentuk-bentuk kosmis. Secara teologis semua atribut kemahakuasaan Tuhan
dilekatkan kepada seluruh segmen-segmen alam. Metode teologis ini tidak dapat
dikatakan sebagai tindakan dosa karena “mempersekutukan Tuhan dengan benda”.
Stigma “mempersekutukan” tidak ada dalam kamus teologi Saguna Brahma dan
pandangan Advaita. Berdasarkan alasan itulah, maka kemahakuasaan Tuhan
dimanifestasikan ke dalam segmen-segmen alam seperti; (1) Dewa Surya adalah
manifestasi Tuhan yang ada di balik planet matahari, (2) Dewa Soma (Chandra)
manifestasi Tuhan di balik bulan, (3) Dewa Vayu (Bayu) manifestasi Tuhan di
balik udara, (4) Dewa Agni manifestasi Tuhan di balik api, (5) Dewa Marut
manifestasi Tuhan di balik angin, (6) Dewa Sangkara manifestasi Tuhan di balik
pohon atau tumbuhan, (7) Dewa Varuna manifestasi Tuhan di balik samudera, (7)
Akasa merupakan manifestasi Tuhan sebagai Sang Ayah di balik angkasa, dan (8)
Prthivi merupakan manifestasi Tuhan di balik planet bumi ini, (9) dan Dewa-dewa
lainnya. Inilah yang mendasari filosofi teologi Saguna Brahma sehingga
kehadiran para dewa dalam sistem pemujaan sangat popular dalam Agama Hindu.
Dalam teologi Saguna Brahma-lah tersedia berbagai metodologi-teologis,
hal tersebut secara metodologis dirancang untuk membantu setiap manusia
bagaimanapun adanya dapat sampai kepada Tuhan. Itulah sebabnya teologi Hindu
lebih tepat disebut Teologi Kasih Semesta.
Mitos yang berfungsi
sebagai metodologi penanaman keyakinan terhadap kemahakuasaan Tuhan yang
menguraikan tentang kisah tenggelamnya bumi di dasar samudera diceritakan dalam
kitab Bhagavata Purana.Pada dasarnya asumsi tentang bumi tenggelam di dasar
samudera atau tenggelam di alam paling bawah juga dapat diasumsikan sama dengan
bencana keluarnya bumi dari sistem orbit atau garis edar planet. Kisah ini
tercatat secara implisit dalam Lingga Purana. Jadi bencana terjadi karena
terganggunya keseimbangan planet-planet di jagat raya. Semua yang ada di alam
semesta berhubungan dengan pikiran, dari pikiranlah ia mengambil wujudnya.
Ketika pikiran berhenti berpikir, maka dunia pun menghilang dan yang ada
hanyalah kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Sebaliknya ketika pikiran berpikir
yang mulia, maka dunia dan segala isinya akan tampak mulia. Seluruh alam
semesta dengan seluruh pergerakannya adalah gambar mental yang hidup di dalam
pikiran kosmik dalam pikiran Ishvara. Alam semesta ini tidak lain adalah pola
dari pikiran, mengisi diri dari Brahman, yang merupakan asal dari seluruh
semesta. Seluruh semesta yang terlihat hanya melalui pikiran dan hal itu tidak
lain adalah pola pikiran. Pikiran secara subjektif adalah kesadaran dan pikiran
secara objektif adalah alam semesta dengan semua isinya. Seluruh dunia yang ada
ini tidak lain adalah kesadaran itu sendiri.
BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka dapat diambil suatu
kesimpulan sebagai berikut;
Prilaku manusia selama ini banyak yang
mrugikan kita semua karena banyak yang kita lakukan tampa kita sadari kita
telah merusak alam ini yang mana saat ini banyak terjadi bencana alam seperti
banjir yang mana hal itu karena ulah kita semua,Alam ini sangat perlu kita
rawat yang mana dalam ajaran hindu banyak mengajarkan kita untuk menghargai alam
seperti trihita karana yang mana dalam ajaran itu ada membahas hubungan manusia
dengan alam sehinggan manusia sangat berkaitan dengan semua kejadian alam ini.