BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kita semua pastilah
sudah mengenal apa itu catur marga dan asta aiswaria yang mana semua hal ini tidak lepas dari ajaran agama kita karena
semua ajaran diatas tersebut sangat berkaitan dengan cara kita memuja tuhan yang mana tuhan mempunyai delapan kemahakuasaan.Dalam agama Hindu kita diajarkan ada empat jalan untuk menuju
kepada-Nya. Empat jalan ini disebut dengan Catur marga: Catur = Empat, Marga = Jalan.Catur
Marga adalah empat jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Esa,yang meliputi ;1. Bhakti
Marga2. Karma Marga3. Jnana Marga4. Yoga Marga.
Bhakti Marga adalah usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan
jalan sujud bakti kepada Tuhan. Dengan sujud dan cinta kepada Tuhan Pelindung
dan Pemelihara semua makhluk, maka Tuhan akan menuntun seorang Bhakta, yakni
orang yang cinta, bakti dan sujud kepada- Nya untuk mencapai kesempurnaan.
Dengan menambah dan berdoa mohon perlindungan dan ampun atas dosa- dosanya yang
pernah dilaksanakan serta mengucap syukur atas perlindungannya, kian hari cinta
baktinya kepada Tuhan makin mendalam hingga Tuhan menampakkan diri (manifest)
di hadapan Bhakta itu.
Karma
Marga berarti jalan atau usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan
melakukan kebajikan, tiada terikat oleh nafsu hendak mendapat hasilnya berupa
kemasyhuran, kewibawaan, keuntungan, dan sebagainya, melainkan melakukan
kewajiban demi untuk mengabdi, berbuat amal kebajikan untuk kesejahteraan umat
manusia dan sesama makhluk.
Jnana Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapai jagadhita dan
Moksa dengan mempergunakan kebijaksanaan filsafat (Jnana).Di dalam usaha untuk
mencapai kesempurnaan dengan kebijaksanaan itu, para arif bijaksana (Jnanin)
melaksanakan dengan keinsyafan bahwa manusia adalah bagian dari alam semesta
yang bersumber pada suatu sumber alam, yang di dalam kitab suci Weda disebut
Brahman atau Purusa.
Raja
Yoga Marga ialah suatu jalan dan usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa
melalui pengabdian diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa yaitu mulai berlangsung
dan berakhir pada konsentrasi.Dalam arti yang lebih luas yoga ini mengandung
pengertian tentang pengekangan diri. Dengan pengendalian diri yang ketat, tekun
dalam yoga, maka persatuan Atman dengan Brahman akan tercapai.
Dalam pelaksanaan catur
marga kita terlebih dahulu harus mengetahui asta aiswarya yang mana merupakan
delapan kemahakuasaan tuhan Asta Aiswarya adalah bentuk
dan sifat ke-Maha-Kuasa-an Sanghyang Widhi skala dan niskala, yang terdiri dari
delapan kekuatan, sehingga Aiswarya sering pula disebut Asta Aiswarya,Kedelapan bentuk dan
sifat ini bersemayam pada-Nya yang dilambangkan sebagai Singhasana meliputi
seluruh alam semesta, terpusat pada empat kekuatan aktif .
Anima
artinya sifat sanghyang widhi maha kecil,lebih kecil dari bena terkecil(atom).
Lagina artinya sanghyang
widhi maha ringan,lebih ringan dari benda yang teringan(eter) atau lebih ringan
dari pada gas,sanghyang widhi mampu mengambang diudara dan terapung diair.
Mahima artinya sanghyang
widhi maha besar,lebih besar dari benda yang terbesar,sanghyang widhi meresapi
dan memenuhi segala tempat,tiada ruang yang kosong bagi beliau,beliau ada
didalam dan diluar alam ini.
Prapti artinya tiba,maksudnya
segala tempat terjangkau oleh sanghyang widhi,tidak terbatas oleh ruang dan
waktu,pada saat bersamaan beliau berada disegala tempat.
Prakamya artinya segala
kehendak dan keinginan sanghyang widhi akan terwujud,segala keinginan beliau
pasti tercapai,tidak ada yang tidak tercapai.
Isitwa artinya sanghyang
widhi maha utama atau sifat sanghyang widhi sangat mulia,sanghyang widhi selalu
unggul,mengungguli segalanya.
Wasitwa artinya sifat
sanghyang widhi maha kuasa,beliaulah yang berkuasa didunia ini,beliaulah yang
paling menentukan atas kelahiran,kehidupan dan kematian semua mahluk didunia
ini,beliaulah yang menentukan terciptanya dunia(sresti) dan beliau pulalah yang
melebur atau mengembalikan ini keasalnya(pralaya).
Yatrakamawasayitwa artinya
segala kehendak sanghyang wihi akan terlaksana dan tidak ada yang menentang
kodratnya.
Niyasa (lambang) Singhasana (singa) ini
disebut pula Catur Aiswarya karena dihubungkan dengan empat jenis bentuk
Sakti-Nya yang berkedudukan disetiap sudut Anantasana,Mengapa menggunakan
niyasa Singha? Karena Singha (singa) adalah mahluk alam yang paling kuat dan
berkuasa. Sehingga niyasa singha berarti pula symbol kekuatan dan kekuasaan.
1.2 PERUMUSAN
MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut dapat Dirumuskan pemasalahan sebagi
berikut
“Bagaimana hubungan antara catur marga dengan asta
aiswaria”
1.3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.3.1
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memcari hubungan antara catur marga dengan asta
aiswaria
1.3.2
MANFAAT PENELITIAN
Mamfaat dilakukannya penelitian ini adalah
1.Secara akademik merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas
mata kuliah Brahma widya semester lima jurusan filsapat pada sekolah tinggi agama hindu negeri gde pudja
mataram.
2.Secara teoritis/ilmiah adalah dapat membandingkan teori-teori yang
diperoleh dibangku kuliah dengan
kenyataan yang terjadi dimasyarakat tentang kemahakuasaan tuhan dan jalan menyembah beliau
3.Secara prakis yaitu diharapkan hal ini dapat memberikan masukan
pada semua orang yang mana kita bisa
menyembah tuhan yang memiliki delapan kemahakuasaan(asta aiswaria) melalau
empat jalan yang dikenal dengan catur marga.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum kita mencari bagaimana hubungan
antara catur marga dengan asta aiswrya,terlebih dahulu kita ketahui apa itu
catur marga, Catur Marga adalah empat jalan atau cara
umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Sumber ajaran catur marga ada diajarkan dalam pustaka
suci Bhagawadgita, terutama pada trayodhyaya tentang karma yoga marga yakni
sebagai satu sistem yang berisi ajaran yang membedakan antara ajaran subha
karma (perbuatan baik) dengan ajaran asubha karma (perbuatan yang tidak baik)
yang dibedakan menjadi perbuatan tidak berbuat (akarma) dan wikarma (perbuatan
yang keliru). Karma memiliki dua makna yakni karma terkait ritual atau yajna
dan karma dalam arti tingkah perbuatan. Kedua, tentang bhakti yoga marga yakni
menyembah Tuhan dalam wujud yang abstrak dan menyembah Tuhan dalam wujud yang
nyata, misalnya mempergunakan nyasa atau pratima berupa arca atau mantra.
Ketiga, tentang jnana yoga marga yakni jalan pengetahuan suci menuju Tuhan Yang
Maha Esa, ada dua pengetahuan yaitu jnana (ilmu pengetahuan) dan wijnana (serba
tahu dalam penetahuan itu). Keempat, Raja Yoga Marga yakni mengajarkan tentang
cara atau jalan yoga atau meditasi (konsentrasi pikiran) untuk menuju Tuhan
Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi WasA.
Umat manusia memiliki tujuan hidup, termasuk juga umat
Hindu memiliki tujuan hidup yang jelas yakni seperti berikut:
a) Moksartham jagad hita ya
ca iti dharma.
.
b) Catur Purusa Artha. .
c) Santa Jagad Hita. .
d) Sukerta sakala lan niskala. .
e) Mencapai keharmonisan hidup sesuai ajaran Catur Marga.
b) Catur Purusa Artha. .
c) Santa Jagad Hita. .
d) Sukerta sakala lan niskala. .
e) Mencapai keharmonisan hidup sesuai ajaran Catur Marga.
Penerapan catur marga oleh umat Hindu sesungguhnya telah
diterapkan secara rutin dalam kehidupannya sehari-hari, termasuk juga oleh umat
Hindu yang tinggal di Bali maupun oleh umat Hindu yang tinggal di luar Bali.
Banyak cara dan banyak pula jalan yang bisa ditempuh untuk dapat menerapkannya.
Sesuai dengan ajaran catur marga bahwa penerapannya disesuaikan dengan kondisi
atau keadaan setempat yang berdasarkan atas tradisi, sima, adat-istiadat,
drsta, ataupun yang lebih dikenal di Bali yakni desa kala patra atau desa mawa
cara.
Inti dan penerapan dan Catur Marga adalah untuk
memantapkan mengenai hidup dan kehidupan umat manusia di alam semesta ini,
terutama untuk peningkatan, pencerahan, serta memantapkan keyakinan atau
kepercayaan (sraddha) dan pengabdian (bhakti) terhadap Tuhan Yang Maha Esa atau
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan memahami dan menerapkan ajaran catur marga,
maka diharapkan segenap umat Hindu dapat menjadi umat Hindu yang berkualitas,
bertanggung jawab, memiliki loyalitas, memiliki dedikasi, memiliki jati diri
yang mulia, menjadi umat yang pantas diteladani oleh umat manusia yang lainnya,
menjadi umat yang memiliki integritas tinggi terhadap kehidupan secara lahir
dan batin, dan harapan mulia lainnya guna tercapai kehidupan yang damai, rukun,
tenteram, sejahtera, bahagia, dan sebagainya. Jadi dengan penerapan dan ajaran
catur marga diharapkan agar kehidupan umat Hindu dan umat manusia pada umumnya
menjadi mantap dalam berke-sraddha-an dan berke-bhakti-an kehadapan Tuhan Yang
Maha Esa, serta dapat diharmoniskan dengan kehidupan nyata dengan sesama
manusia, semua ciptaan Tuhan, dan lingkungan yang damai dan serasi di sekitar kehidupan
masing-masing.
Diatas
sudah kita bahs mengenai catur marga maka untuk selanjutnya kita harus ketahui
juga mengenai asta aswarya. Asta Aiswarya adalah bentuk
dan sifat ke-Maha-Kuasa-an Sanghyang Widhi skala dan niskala, yang terdiri dari
delapan kekuatan, sehingga Aiswarya sering pula disebut Asta Aiswarya:
1.Anima:
sangat halus.
2.Laghima:
sangat ringan.
3.Mahima:
sangat besar dan sangat luas, tak terbatas.
4.Prapti:
dapat mencapai segala tempat.
5.Isitwa:
melebihi segala-galanya.
6.Prakamya: kehendak-Nya
selalu tercapai.
7.Wasitwa:
sangat berkuasa.
8.Yatrakamawasayitwa:
kodrati tidak dapat diubah.
Anima artinya sifat
sanghyang widhi maha kecil,lebih kecil dari bena terkecil(atom).
Lagina artinya sanghyang
widhi maha ringan,lebih ringan dari benda yang teringan(eter) atau lebih ringan
dari pada gas,sanghyang widhi mampu mengambang diudara dan terapung diair.
Mahima artinya sanghyang
widhi maha besar,lebih besar dari benda yang terbesar,sanghyang widhi meresapi
dan memenuhi segala tempat,tiada ruang yang kosong bagi beliau,beliau ada
didalam dan diluar alam ini.
Prapti artinya
tiba,maksudnya segala tempat terjangkau oleh sanghyang widhi,tidak terbatas
oleh ruang dan waktu,pada saat bersamaan beliau berada disegala tempat.
Prakamya artinya segala
kehendak dan keinginan sanghyang widhi akan terwujud,segala keinginan beliau
pasti tercapai,tidak ada yang tidak tercapai.
Isitwa artinya sanghyang
widhi maha utama atau sifat sanghyang widhi sangat mulia,sanghyang widhi selalu
unggul,mengungguli segalanya.
Wasitwa artinya sifat
sanghyang widhi maha kuasa,beliaulah yang berkuasa didunia ini,beliaulah yang
paling menentukan atas kelahiran,kehidupan dan kematian semua mahluk didunia
ini,beliaulah yang menentukan terciptanya dunia(sresti) dan beliau pulalah yang
melebur atau mengembalikan ini keasalnya(pralaya).
Yatrakamawasayitwa artinya
segala kehendak sanghyang wihi akan terlaksana dan tidak ada yang menentang
kodratnya.karena beliau sebagai saksi perbuatan segala mahluk disemua
tempat,tidak terbatas oleh ruang dan waktu
Contoh-contoh kemahakuasaan Sanghyang
widhi wasa sebagai asta aiswarya yaitu;
1.Anima contohnya tuhan dapat
menghidupkan sel dari pada mahluk hidup,sel adalah bagian terkecil dari pada
mahluk hidup..
2.Lagina contohnya.kalau diperhatikan benda teringan kapas atau kapuk
dibumi ini dan terbang diudara maupun mengambang diair,tuhan bersifat lebih
ringan dari pada benda teringan tersebut.
3.Mahima contohnya matahari.
Matahari dilihat dari mana saja akan
selalu terbit dari timur,orang yang berassal dari sumatra utara melihat
matahari terbit dari timur,begitu pula orang dari papau juga melihat matahari
terbit dari timur.
4.Prapti contohnya kalau diperhatikan
dari sekian banyak pura yang terdapat diindonesia khususnya dibali dalam waktu
yang bersamaan walaupun tempatnya berjauhan beliau mampu hadir dihadapan para
pemujunya dalam waktu yang bersamaan pula untuk memberikan anugrahnya.
5.Prakamya contohnya alam semesta
berserta isinya dengan segala bentuk dan rupa adalah atas kehendak beliau,tidak
ada suatu kejadian atau musibah tampa kehendak beliau.
6.Isitwa contohnya tuhan sangat mulia
dan selalu mengungguli segalanya karena tuhan dapat menundukan dewa-dewa
manifestasinya karena beliaulah yang menciptakan semua yang ada dialam raya
ini.
7.Wasitwa contohnya tuhan maha esa
menguasai segalanya dan menghakimi segalanya,karena beliau maha mengetahui
sebagai saksi tunggal yang bebas dari kualitas apapun.
8.Yatrakamawasayitwa contohnya kalau
kita merassakan air laut pasti asin,setiap laut pasti ada gelombangnya,contohnya
bencana alam atau misalnya gunung meletus,gempa,tanah longsor,banjir
Kalau diperhatikan dari kedelapan
sifat kemahakuasaan sanghyang widhi tersebut diatas maka dapat disimpulkan
makna dari asta aiswarya adalah sebagai ajaran yang menuntun umat manusia agar
selalu berbakti dan selalu berbuiat baik dan jujur
Kedelapan bentuk dan sifat ini bersemayam pada-Nya yang
dilambangkan sebagai Singhasana meliputi seluruh alam semesta, terpusat pada
empat kekuatan aktif, yaitu:
1.Dharma:
hukum.
2.Jnyana:
pengetahuan.
3.Wairagya:
kesempurnaan.
4.Aiswarya:
kekuasaan.
Niyasa (lambang) Singhasana (singa) ini disebut pula
Catur Aiswarya karena dihubungkan dengan empat jenis bentuk Sakti-Nya yang
berkedudukan disetiap sudut Anantasana, yaitu:
1.Dharma
berkedudukan di tenggara (agneya) sebagai singa putih.
2.Jnyana
berkedudukan di barat-daya (nairity) sebagai singa merah.
3.Wairagya
berkedudukan di barat-laut (wayabya) sebagai singa kuning.
4.Aiswarya
berkedudukan di timur-laut (airsaniya) sebagai singa hitam.
Mengapa menggunakan niyasa Singha? Karena Singha (singa)
adalah mahluk alam yang paling kuat dan berkuasa. Sehingga niyasa singha
berarti pula symbol kekuatan dan kekuasaan.
Selanjutnya keempat niyasa shakti-shakti Sanghyang Widhi
itu akan membawa kebaikan bagi manusia bila dalam pemujaan menggunakan mudra
dan bija- mantra yang tepat:
1.Untuk singha putih
dengan mudra Sara, dan bija-mantra Reng, menimbulkan perasaan mendalam dan
aktif.
2.Untuk singha merah
dengan mudra Sikha, dan bija-mantra Rreng, memberi kepuasaan.
3.Untuk singha kuning
dengan mudra Kawaca, dan bija-mantra Leng, memberi kesejahteraan seluruh alam.
4.Untuk singha hitam
dengan mudra Parasu, dan bija-mantra Ling, menimbulkan rasa kagum.
Yang dimaksud dengan kebaikan bagi manusia, seperti yang
disebutkan di atas, adalah perasaan yakin dan dekat kepada Sanghyang Widhi,
sehingga dapat mengharapkan Aiswarya Atman pada diri manusia setidak-tidaknya
menyerupai atau mendekati kesamaan dengan Aiswarya Brahman.
Hubungan Catur Marga Dengan Asta Aiswarya
dapat kita ketahuai,tetapi sebelumnya saya tanya apakah anda percaya akan
adanya hyanh widhi,jawabannya pasti percaya.kita percaya dan yakin akan adanya
hyang widhi melalui
1.Agama pramana yaitu pengetahuan yang
diperoleh sebagai hasil mempelajari weda.
2.Pratiyaksa pramana yaitu pengetahuan
yang diperoleh dari perasaan danpengalaman dengan jelas dan nyata sebagai hasil
melaksanakan meditasi/yoga yang sempura dan berkelanjutan.
3.Anumana pramana yaitu pengetahuan
yang diperoleh dari menarik kesimpulan berdasarkann dari suatu logika yang
bersumber dari unsur-unsur baik gerakan,sebab akibat,keharusan,kesempurnaan,dan
keteraturan.
4.Upamana pramana yaitu pengetahuan
yang diperoleh secara anolog yaitu kesimpulan
berdasarkan perbandingan dari unsur-unsur metafora,stuktural dan kausal.
Di dalam kitab Wrhaspatitattwa terdapat keterangan
tentang sifat- sifat Tuhan yang
disebut Asta Sakti atau Astaiswarya yang artinya delapan sifat
kemahakuasaan Tuhan.1. “Hana
Anima ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Anima "Anu" yang
berarti "atom". Anima dari Astaiswarya, ialah sifat yang halus
bagaikan kehalusan atom yang dimiliki oleh Sang Hyang Widhi Wasa. Contohnya
dalam sifat ini dapat meresap kesemua tempat termasuk ke dalam pikiran manusia
seperti air yang bisa menuembus batu,gunung yang besar tanpa halangan.
. .
2. “hana Laghima ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Laghima Laghima berasal dari kata "Laghu" yang artinya ringan. Laghima berarti sifat- Nya yang amat ringan lebih ringan dari ether. Contohnya seperti gas yang dapat meresap ke pori-pori atau lubang sekecil apapun dan dapat terbang keangkasa, serta dapat mengapung di air .
3. ”hana Mahima ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Mahima Mahima berasal dari kata "Maha" yang berarti Maha Besar, di sini berarti Sang Hyang Widhi Wasa meliputi semua tempat. Tidak ada tempat yang kosong (hampa) bagi- Nya, semua ruang angkasa dipenuhi.
2. “hana Laghima ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Laghima Laghima berasal dari kata "Laghu" yang artinya ringan. Laghima berarti sifat- Nya yang amat ringan lebih ringan dari ether. Contohnya seperti gas yang dapat meresap ke pori-pori atau lubang sekecil apapun dan dapat terbang keangkasa, serta dapat mengapung di air .
3. ”hana Mahima ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Mahima Mahima berasal dari kata "Maha" yang berarti Maha Besar, di sini berarti Sang Hyang Widhi Wasa meliputi semua tempat. Tidak ada tempat yang kosong (hampa) bagi- Nya, semua ruang angkasa dipenuhi.
4.
“hana Prapti ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Prapti Prapti berasal dari
"Prapta" yang artinya tercapai. Prapti berarti segala tempat tercapai
oleh- Nya, ke mana Ia hendak pergi di sana Ia telah ada. Contohnya beliau
adalah maha Agung yang ada dimana-mana atau yang disebut “Sarwagatah”. Walau
beliau di sembah pada tempat yang berbeda beliau akan datang atau ada pada
tempat itu pada waktu yang bersaman. .
5. “hana Prakamya ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Prakamya Prakamya berasal dari kata "Pra Kama" berarti segala kehendak- Nya selalu terlaksana atau terjadi. Contohnya pada setiap kegiatan pasti akan menghasilkan sesuatu tujuan seperti pada saat kita menanam padi belum tentu akan langsung menghasilkan padi dan pada waktunya dia akan berbuah.
6. “hana Isitwa ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Isitwa Isitwa berasal dari kata "Isa" yang berarti raja,Isitwa berarti merajai segala-galanya,dalam segala hal paling utama,Contohnya beliau maharaja dari raja beliau yg memimpin alam semesta beserta isinya.
7. “hana Wasitwa ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Wasitwa Wasitwa berasal dari kata "Wasa" yang berarti menguasai dan mengatasi. Wasitwa artinya paling berkuasa. Contohnya beliau merupakan mahakuasa yang menguasai alam semesta.
8. “hana Yatrakamawasayitwa ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Yatrakamawasayitwa Yatrakamawasayitwa berarti tidak ada yang dapat menentang kehendak dan kodrat- Nya. Contohnya apabila beliau mengkehendaki adanya bencana atau peristiwa maka manusia gak akan dapat menentang atau menghalangi keinginan beliau tersebut.
Kedelapan sifat keagungan Sang Hyang Widhi Wasa ini, disimbulkan dengan singgasana teratai (padmasana) yang berdaun bunga delapan helai (astadala). Singgasana teratai adalah lambang kemahakuasaan- Nya dan daun bunga teratai sejumlah delapan helai itu adalah lambang delapan sifat agung/ kemahakuasaan (Astaiswarya) yang menguasai dan mengatur alam semesta dan makhluk semua.
5. “hana Prakamya ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Prakamya Prakamya berasal dari kata "Pra Kama" berarti segala kehendak- Nya selalu terlaksana atau terjadi. Contohnya pada setiap kegiatan pasti akan menghasilkan sesuatu tujuan seperti pada saat kita menanam padi belum tentu akan langsung menghasilkan padi dan pada waktunya dia akan berbuah.
6. “hana Isitwa ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Isitwa Isitwa berasal dari kata "Isa" yang berarti raja,Isitwa berarti merajai segala-galanya,dalam segala hal paling utama,Contohnya beliau maharaja dari raja beliau yg memimpin alam semesta beserta isinya.
7. “hana Wasitwa ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Wasitwa Wasitwa berasal dari kata "Wasa" yang berarti menguasai dan mengatasi. Wasitwa artinya paling berkuasa. Contohnya beliau merupakan mahakuasa yang menguasai alam semesta.
8. “hana Yatrakamawasayitwa ngaranya”, Kesaktian Tuhan yang disebut Yatrakamawasayitwa Yatrakamawasayitwa berarti tidak ada yang dapat menentang kehendak dan kodrat- Nya. Contohnya apabila beliau mengkehendaki adanya bencana atau peristiwa maka manusia gak akan dapat menentang atau menghalangi keinginan beliau tersebut.
Kedelapan sifat keagungan Sang Hyang Widhi Wasa ini, disimbulkan dengan singgasana teratai (padmasana) yang berdaun bunga delapan helai (astadala). Singgasana teratai adalah lambang kemahakuasaan- Nya dan daun bunga teratai sejumlah delapan helai itu adalah lambang delapan sifat agung/ kemahakuasaan (Astaiswarya) yang menguasai dan mengatur alam semesta dan makhluk semua.
Beberapa model atau bentuk nyata dan penerapan jnana marga
berikut ini :
a) Menerapkan ajaran aguron-guron. .
b) Menerapkan ajaran guru dan sisya. .
c) Menerapkan ajaran guru bhakti. .
d) Menerapkan ajaran guru susrusa. .
e) Menerapkan ajaran brahmacari dan ajaran catur guru. .
f) Menerapkan ajaran sisya sasana. .
g) Menerapkan ajaran resi sasana. .
h) Menerapkan ajaran putra sasana. .
i) Menerapkan ajaran guru nabe, guru waktra, guru saksi. .
j) Menerapkan ajaran catur asrama, dan .
k) Menerapkan ajaran dalam wrati sasana, slokantara, sila krama, dan ajaran agama Hindu yang bersumber pada Veda dan susastra Hindu lainnya.
a) Menerapkan ajaran aguron-guron. .
b) Menerapkan ajaran guru dan sisya. .
c) Menerapkan ajaran guru bhakti. .
d) Menerapkan ajaran guru susrusa. .
e) Menerapkan ajaran brahmacari dan ajaran catur guru. .
f) Menerapkan ajaran sisya sasana. .
g) Menerapkan ajaran resi sasana. .
h) Menerapkan ajaran putra sasana. .
i) Menerapkan ajaran guru nabe, guru waktra, guru saksi. .
j) Menerapkan ajaran catur asrama, dan .
k) Menerapkan ajaran dalam wrati sasana, slokantara, sila krama, dan ajaran agama Hindu yang bersumber pada Veda dan susastra Hindu lainnya.
Mengenai penerapan karma marga,oleh umat Hindu seperti
berikut ini: .
1. Menerapkan filosofi ngayah .
2. Menerapkan filosofi matulung .
3. Menerapkan filosofi manyama braya .
4. Menerapkan filosofl paras-paros sarpanaya salunglung sabayantaka .
5. Menerapkan filosofi suka dan duka .
6. Menerapkan filosofi agawe sukaning wong len .
7. Menerapkan filosofi utsaha ta larapana .
8. Menerapkan filosofi makarya .
9. Menerapkan filosofi makarma sane melah .
10. Menerapkan filosofi ala kalawan ayu .
11. Menerapkan filosofi karma phala .
12. Menerapkan filosofi catur paramita .
13. Menerapkan filosofi tri guna .
14. Menerapkan filosofi trikaya parisudha, dan .
15. Menerapkan filosofi yama niyama brata dan berbagai ajaran agama Hindu.
1. Menerapkan filosofi ngayah .
2. Menerapkan filosofi matulung .
3. Menerapkan filosofi manyama braya .
4. Menerapkan filosofl paras-paros sarpanaya salunglung sabayantaka .
5. Menerapkan filosofi suka dan duka .
6. Menerapkan filosofi agawe sukaning wong len .
7. Menerapkan filosofi utsaha ta larapana .
8. Menerapkan filosofi makarya .
9. Menerapkan filosofi makarma sane melah .
10. Menerapkan filosofi ala kalawan ayu .
11. Menerapkan filosofi karma phala .
12. Menerapkan filosofi catur paramita .
13. Menerapkan filosofi tri guna .
14. Menerapkan filosofi trikaya parisudha, dan .
15. Menerapkan filosofi yama niyama brata dan berbagai ajaran agama Hindu.
Mengenai penerapan bhakti marga oleh umat Hindu seperti
berikut ini: .
1) Melaksanakan doa atau puja tri sandhya seçara rutin setiap hari .
2) Menghaturkan banten saiban atau jotan/ngejot atau yajnasesa .
3) Berbakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa beserta semua manifestasi-Nya .
4) Berbakti kehadapan Leluhur .
5) Berbakti kehadapan para pahlawan pejuang bangsa .
6) Melaksanakan upacara dewa yajna (piodalan/puja wali, saraswati, pagerwesi, galungan, kuningan, nyepi, siwaratri, purnama, tilem, tumpek landep, tumpek wariga, tumpek krulut, tumpek wayang dan lain-lainnya) .
7) Melaksanakan upacara manusia yajna (magedong-gedongan, dapetan, kepus puser, macolongan, tigang sasihin, ngotonin, munggah deha, mapandes, mawiwaha, mawinten, dan sebagainya);
8) Melaksanakan upacara bhuta yajna (masegeh, macaru, tawur, memelihara lingkungan, memelihara hewan, melakukan penghijauan, melestarikan binatang langka, dan sebagainya);
9) Melaksanakan upacara pitra yajna (bhakti kehadapan guru rupaka atau rerama, ngaben, ngerorasin, maligia, mamukur, ngeluwer, berdana punya kepada orang tua, membuat orang tua menjadi hidupnya bahagia dalam kehidupan di alam nyata ini, dan sebagainya);
10) Melaksanakan upacara resi yajna (upacara pariksa, upacara diksa, upacara ngelinggihang veda), berdana punya pada sulinggih atau pandita, berguru pada orang suci, tirtha yatra ke tempat suci bersama sulinggih atau pandita, berguru pada orang suci, sungkem (pranam) pada sulinggih sebagai guru nabe, menerapkan ajaran tri rnam, dan sebagainya.
1) Melaksanakan doa atau puja tri sandhya seçara rutin setiap hari .
2) Menghaturkan banten saiban atau jotan/ngejot atau yajnasesa .
3) Berbakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa beserta semua manifestasi-Nya .
4) Berbakti kehadapan Leluhur .
5) Berbakti kehadapan para pahlawan pejuang bangsa .
6) Melaksanakan upacara dewa yajna (piodalan/puja wali, saraswati, pagerwesi, galungan, kuningan, nyepi, siwaratri, purnama, tilem, tumpek landep, tumpek wariga, tumpek krulut, tumpek wayang dan lain-lainnya) .
7) Melaksanakan upacara manusia yajna (magedong-gedongan, dapetan, kepus puser, macolongan, tigang sasihin, ngotonin, munggah deha, mapandes, mawiwaha, mawinten, dan sebagainya);
8) Melaksanakan upacara bhuta yajna (masegeh, macaru, tawur, memelihara lingkungan, memelihara hewan, melakukan penghijauan, melestarikan binatang langka, dan sebagainya);
9) Melaksanakan upacara pitra yajna (bhakti kehadapan guru rupaka atau rerama, ngaben, ngerorasin, maligia, mamukur, ngeluwer, berdana punya kepada orang tua, membuat orang tua menjadi hidupnya bahagia dalam kehidupan di alam nyata ini, dan sebagainya);
10) Melaksanakan upacara resi yajna (upacara pariksa, upacara diksa, upacara ngelinggihang veda), berdana punya pada sulinggih atau pandita, berguru pada orang suci, tirtha yatra ke tempat suci bersama sulinggih atau pandita, berguru pada orang suci, sungkem (pranam) pada sulinggih sebagai guru nabe, menerapkan ajaran tri rnam, dan sebagainya.
Dalam penerapan yoga marga oleh umat Hindu, realitanya seperti
berikut :
a) Melaksanakan introspeksi atau pengendalian diri;
b) Menerapkan ajaran tapa, brata, yoga dan samadhi;
c) Menerapkan ajaran astangga yoga;
d) Melakukan kerja sama atau relasi yang baik dan terpuji dengan sesama;
e) Menjalin hubungan kemitraan secara terhormat dengan rekanan, lingkungan, dan semua ciptaan Tuhan di alam semesta ini;
f) Membangun pasraman atau paguyuban untuk praktek yoga;
g) Mengelola ashram yang bergerak di bidang pendidikan rohani, agama, spiritual, dan upaya pencerahan diri lahir batin;
h) Menerapkan filosofi mulat sarira;
i) Menerapkan filosofi ngedetin/ngeret indriya;
j) Menerapkan filosfi mauna;
k) Menerapkan filosofi upawasa;
l) Menerapkan filosofi catur brata panyepian, dan
m) Menerapkan filosofi tapasya, pangastawa, dan menerapkan ajaran agama Hindu dengan baik dan benar menuju keluhuran diri sebagai mahluk sosial dan religius.
a) Melaksanakan introspeksi atau pengendalian diri;
b) Menerapkan ajaran tapa, brata, yoga dan samadhi;
c) Menerapkan ajaran astangga yoga;
d) Melakukan kerja sama atau relasi yang baik dan terpuji dengan sesama;
e) Menjalin hubungan kemitraan secara terhormat dengan rekanan, lingkungan, dan semua ciptaan Tuhan di alam semesta ini;
f) Membangun pasraman atau paguyuban untuk praktek yoga;
g) Mengelola ashram yang bergerak di bidang pendidikan rohani, agama, spiritual, dan upaya pencerahan diri lahir batin;
h) Menerapkan filosofi mulat sarira;
i) Menerapkan filosofi ngedetin/ngeret indriya;
j) Menerapkan filosfi mauna;
k) Menerapkan filosofi upawasa;
l) Menerapkan filosofi catur brata panyepian, dan
m) Menerapkan filosofi tapasya, pangastawa, dan menerapkan ajaran agama Hindu dengan baik dan benar menuju keluhuran diri sebagai mahluk sosial dan religius.
BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka dapat diambil
suatu kesimpulan sebagai berikut;
“Bahwa Catur Asrama mempunyai hubungan yang sangat
erat dengan aiswarya,yang mana delapan kemahakuasaan tuhan dapat kita amalkan
dengan kita berbuat baik melalu jalan bakti kepada belia”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar