Selasa, 24 September 2013

kosmologi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG
Kita semua sebagai manusia setidaknya pasti pernah mempertanyakan keberadaa kita dalam alam semesta ini.Mulai dari mengapa kita semua ada di sini? Bagaimana asal mula kita semua ada di sini? Dan Bagaimana asal semua ini? Pertanyaan-pertanyaan ini,betapapun disampaikan dengan cara yang sederhana, akan mengandung nilai kosmologis yang sangat tinggi,karena pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat membawa kita pada kajian terperinci mengenai alam semesta. Agama Hindu terutama dalam kosmologi Hindu memandang bahwa alam semesta tak lain adalah saudara kandung yang butuh diajak hidup berdampingan dengan harmonis. Dalam pandangan kosmologi tidak ada satu butir atom melekul apapun dianggap mati, tetapi semuanya hidup. Dengan demikian kosmologi Hindu memandang bahwa harus ada harmonisasi antara manusia dengan alam.
Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan. Kosmologi tidak pernah dapat diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena perpaduan dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan pengertian tentang kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang membawa semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu tetap bertahan, karena sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir demikian. Kosmologi merupakan bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya kosmologi dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu
          Berdasarkan uraian teori Fisika Kuantum dan sloka-sloka Bhagavadgita ternyata dunia ini beserta isinya merupakan satu keluarga besar atau keluarga semesta.Antara yang melihat dan yang dilihat adalah satu dan sama sekali tidak terpisahkan. Sebagai satu keluarga semesta maka apapun yang terjadi dalam satu keluarga akan mempengaruhi keseimbangan atau ketenteraman keluarga tersebut. Salah satu dari anggota keluarga, misalnya; seorang ibu, seorang anak, seorang ayah sakit, maka seluruh keluarga akan merasa sakit. Jika salah satu anggota keluarga berbahagia, maka seluruh anggota akan merasa bahagia. Baik ajaran Bhagavadgita ataupun teori Fisika Kuantum menguraikan hal yang sama, bahwa; manusia, hewan, tumbuhan, benda-benda padat, benda-benda cair dan air, serta udara adalah satu kesatuan dalam satu sistem kosmos. Dalam kitab Upanisad, alam semesta digambarkan sebagai tubuh dari Manusia Kosmis, sebagai Manusia Kosmis; matahari dipandang sebagai matanya, langit sebagai punggungnya, udara (angin) sebagai napasnya, hujan sebagai kencingnya, hutan sebagai rambutnya, kilat sebagai lirikan matanya, sungai sebagai pembuluh darahnya. Seluruh alam semesta beserta seluruh isinya termasuk manusia berada di dalam tubuh Manusia Kosmik,Alam semesta sebagai Manusia Kosmis, tentu apa yang terjadi pada salah satu bagian tubuhnya akan dirasakan oleh seluruh tubuhnya. Oleh sebab itu apabila manusia berbuat apapun terhadap segmen alam (misalnya kepada bumi), maka akan berpengaruh pada seluruh sistem kosmos. Berdasarkan deskripsi ini baik secara teologis maupun secara teknologis bencana yang terjadi di atas bumi ada kaitannya dengan aktivitas manusia. Bahkan tidak saja aktivitas pekerjaan yang dilakukan dengan tangan manusia yang dapat berpengaruh pada sistem kosmos, akan tetapi juga termasuk aktivitas pikiran manusia. Oleh sebab itu apapun yang dipikirkan manusia, alam akan merefleksikannya.
Semua bencana yang terjadi di bumi ini tidak dapat dilihat semata-mata hanya sebagai wujud “kemarahan” Tuhan. Semua perlakuan bumi itu juga dapat dilihat sebagai wujud “cinta kasih” Tuhan, karena dengan perilaku bumi itu akan dapat menyadarkan kembali pikiran manusia, agar manusia kembali kepada kesadaran kedewataannya. Perilaku bumi itu sesungguhnya menyiratkan bahwa bumi sebagai ibu bagi semua manusia merindukan kembali suatu kondisi hubungan yang harmonis dengan umat manusia sebagai anak-anaknya yang dilandasi dengan kesadaran kedewataan dan kesadaran kosmisnya. Hanya ketika manusia memiliki kesadaran kosmislah, maka manusia mampu berbahasa dengan alam hingga bahasa partikel sub-atom. Ketika manusia ada dalam kesadaran kosmis ia akan dapat berbicara dengan sebatang pohon,Dalam mewujudkan keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia memiliki kelebihan dalam menerima ajaran-ajaran susila/ etika dalam menghubungkan diri dengan Tuhan (sembahyang). Ada etika/aturan yang harus diikuti dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, baik hubungan secara pribadi, maupun secara kolektif ( bersama-sama), misalnya persembahyangan di pura ( tempat ibadah ).




1.2 PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut dapat Dirumuskan pemasalahan sebagi berikut
            “Apa hubungan bencana alam dengan prilaku manusia bila ditinjau dari tri hita karana

1.3             TUJUAN DAN MAMFAAT PENELITIAN
1.3.1    TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan bencana alam dengan prilaku manusia bila ditinjau dari tri hita karana

MAMFAAT PENELITIAN
Mamfaat dilakukannya penelitian ini adalah
1.Secara akademik merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah kosmologi semester lima falkultas filsapat pada sekolah tinggi agama hindu negeri gde pudja mataram.

2.Secara teoritis/ilmiah adalah dapat membandingkan teori-teori yang diperoleh  dibangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi dimasyarakat tentang kosmologi

3.Secara prakis yaitu diharapkan hal ini dapat memberi masukan kepada semua orang bagaimana dampak yang ditimbulkan dari ulah manusia yang tidak perhah menghargai alam tempat kita berada ini.









BAB 2
PEMBAHASAN
Sebelum kita membahas makalah mengenai kosmologi yang saya bawa ini terlebih dahulu kita harus ketahui apa itu kosmoslogi, Kosmologi berasal dari bahasa Yunani “cosmos” yang artinya alam semesta, dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Kosmologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mengupas lebih rinci tentang alam semesta, baik berupa struktur spesial, temporal dan komposisional alam semesta. Kosmologis adalah berkenaan dengan kosmologi (teori tentang asal usul alam semesta); cabang ilmu filsafat yang berhubungan dengan teori alam semesta; cabang ilmu perbintangan yang berhubungan dengan teori alam semesta.
Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan. Kosmologi tidak pernah dapat diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena perpaduan dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan pengertian tentang kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang membawa semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu tetap bertahan, karena sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir demikian. Kosmologi merupakan bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya kosmologi dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu.
Kosmologi dalam hindu sangat penting karena setiap upacara hindu banyak yang berkaitan dengan alam semesta ini yang mana pada umumnya umat hindu sangat menghargai alam ini sehingga bisa dikatakan bahwa alam ini dianggap sebagai ibu atau sering dilukiskan sebagai dewi yang mengasuh semua kehidupan dialam ini.tapi seiring waktu yang mana zaman telah berkembang semakin modern sehingga banyak terjadi kegiatan yang merusak alam ini dengan alasan yang bermacam-macam,baik itu perambahan hutan yang digunakan untuk membuka lahan pertanian ataupun adaanya ilegalloging yang banyak dilakukan oleh masyarakat kita atau bahkan ada lahan persawahan yang dulunya hijau dan banyak air kini banyak yang berubah menjadi perumahan atau BTN yang mana hal itu tentunya banyak menghilangkan lahan hijau dan banyak sungai yang dulunya airnya mengalir kini kering.
Zaman sekarang ini dikatakan telah mencapai puncak peradaban, namun jika diperhatikan secara saksama sesungguhya justru sekarang ini manusia mengalami puncak degradasi dan devisit spiritual. Disharmonisasi antara manusia dengan manusia semakin merebak, selain itu disharmonisasi antara manusia dengan alam juga sangat buruk. Hutan-hutan ditebang tanpa memperhitungkan kebutuhan generasi mendatang. Mineral bumi dikeruk dan dieksploitasi untuk menunjukkan kemampuan menggali dan mengangkat kekayaan alam tanpa memperhitungkan struktur geoteknis tubuh bumi. Minyak dan gas bumi serta cairan-cairan yang ada di dalam perut bumi yang berfungsi sebagai pereduksi daya endogen bumi disedot sedemikian rupa sehingga struktur kerak bumi menjadi lemah. Struktur bumi yang dapat diumpamakan seperti tumpukan batu bata, setiap biji batu bata merupakan lambang patahan atau sesar. Segenggam pasir atau satu bungkus air yang ada di bawah batu bata akan menjadi penyangga dari struktur tumpukan batu-bata itu. Demikian pula halnya dengan struktur geoteknis bumi ini, setiap elemen yang ada di bawah posisi sesar atau patahan itu turut mewujudkan stabilitas sesar. Kandungan cairan minyak mentah, aspal yang mengalir sejalur dengan urat nadi atau sungai di dasar bumi bila disedot akan turut mengurangi daya dukung sesar baik terhadap daya endogen maupun daya eksogen. Sehingga aktivitas manusia yang berlebihan untuk mengeksploitasi kandungan bumi jelas memberi dampak kepada stabilitas struktur geoteknis. Dengan kecerdasan dan ego manusia yang tak terkendali, manusia telah memanipulasi semua kekayaan yang ada di dalam garbha bumi. Tanpa disadari perlombaan ego dalam mengeksploitasi kekayaan alam yang terkandung di dalam perut bumi menjadi salah satu timbulnya gempa tektonik.
Sebagaimana diuraikan bahwa segala aktivitas manusia termasuk aktivitas pikiran manusia dapat mempengaruhi sistem kosmos, apalagi aktivitas fisik yang melibatkan tenaga otot manusia tentu sangat besar efeknya terhadap sistem kosmos. Seperti misalnya aktivitas manusia dalam melaksanakan pengeboran (pengerukan) bumi dengan kedalaman puluhan atau bahkan ratusan kilometer untuk mendapatkan minyak bumi tentu akan berpengaruh terhadap struktur geologi bumi. Hal tersebut dapat terjadi karena aktivitas pengeboran dapat menyebabkan berkurangnya unsur-unsur dengan jumlah yang sangat besar di dalam struktur geoteknik. Berkurangnya jumlah unsur dalam struktur geoteknik bumi dengan jumlah yang besar akan mempengaruhi sistem daya dukung bumi terhadap beban yang ada di atasnya. Peristiwa itu menyebabkan daya dukung bumi menjadi melemah dan itu dapat menjadi faktor menyebabkan jebolnya (runtuhnya) struktur-struktur geologi bumi, yang pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang dapat menciptakan bencana gempa tektonik. Agar perilaku manusia di atas bumi ini tidak menyimpang dari sistem tertib kosmos, maka manusia sangat penting belajar memahami kosmos terutama bumi yang dipijak dan telah menopang segala macam kebutuhan hidup manusia. Semua kebutuhan manusia di dapatkan di atas bumi sebagai tubuh Ibu Pertiwi.Semua yang ada di alam semesta berhubungan dengan pikiran, dari pikiranlah ia mengambil wujudnya. Ketika pikiran berhenti berpikir, maka dunia pun menghilang dan yang ada hanyalah kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Sebaliknya ketika pikiran berpikir yang mulia, maka dunia dan segala isinya akan tampak mulia. Seluruh alam semesta dengan seluruh pergerakannya adalah gambar mental yang hidup di dalam pikiran kosmik dalam pikiran Ishvara. Alam semesta ini tidak lain adalah pola dari pikiran, mengisi diri dari Brahman, yang merupakan asal dari seluruh semesta. Seluruh semesta yang terlihat hanya melalui pikiran dan hal itu tidak lain adalah pola pikiran. Pikiran secara subjektif adalah kesadaran dan pikiran secara objektif adalah alam semesta dengan semua isinya. Seluruh dunia yang ada ini tidak lain adalah kesadaran itu sendiri Semua uraian di atas mendeskripsikan bahwa, semua perilaku manusia baik perilaku pikiran, perilaku kata-kata, dan perilaku tindakan memiliki efek kosmik. Hal ini juga mengandung pengertian bahwa selain potensi berbagai bencana memang terbawa secara laten di dalam masing-masing eksistensi, maka perilaku manusia turut mempercepat atau memperlambat proses munculnya energi laten dari potensi bencana yang ada pada setiap eksistensi. Untuk menciptakan kondisi kebahagiaan yang relatif lama dalam menghadapi segala bencana dan duka yang melanda umat manusia, maka doktrin Tri Kaya Pariúuddha dan Tri Hita Karana merupakan solusi yang cukup signifikan.
Tri Hita Karana yang merupakan tiga hubungan manusia yaitu pertama hubungan manusia dengan tuhan  yang mana dalam hubungan ini diharapkan manusia senantiasa selalu berada dijalan beliau serta tidak melanggar larangan beliau,Yang kedua hubungan manusia dengan manusia yang mana dalam hal ini kita sesama manusia haruslah saling menghormati serta tidak saling menyakiti karena kita ini haruslah hidup rukun berdampingan di alam ini dan yang ketiga yaitu hubungan alam semerta dengan manusia yang mana dalam hal ini kita diajarkan menghargai alam yang mana alam tempat kita tinggal ini adalah ibu kedua kita yang mana bila alam ini tidak kita hargai bahkan kita menyakitinya maka alam ini akan murka sehingga sering kita lihat banyak terjadinya bencana alam yang semua ini merupakan ulah kita semua.dalam kejadian bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini maka kita sebagai umat hindu bisa membenahinya dengan jalan yang ketiga yaitu selalu menghargai alam ini karena dalam kosmologi hindu semua kejadian didalam alam ini adalah ulah kita semua,Kosmologis adalah bersifat atau berhubungan dengan kosmologi (ilmu cabang astronomi yang menyelidiki asal usul, struktur dan hubungan ruang dan waktu dari alam semesta); ilmu tentang asal usul kejadian bumi, hubungannya dengan sistem matahari dan jagad raya; ilmu (cabang dari metafisika) yang menyelidiki alam semesta sebagai sistem yang beraturan. Kosmologi tidak pernah dapat diceraikan dari filsafat, agama, seni dan ilmu pengetahuan, karena perpaduan dari semua itulah yang akan membuahkan pemahaman yang mendasar mengenai alam semesta. Itu sebabnya dalam benak setiap orang sebenarnya sudah tersimpan pengertian tentang kosmologi. Dan itu pula alasan mengapa kosmologi modern yang membawa semangat empiris ilmu-ilmu alam, tidak pernah melepaskan diri dari warisan nafas kosmologi tradisional. Tradisi itu tetap bertahan, karena sebagian kosmologi memang terancang dan terlahir demikian. Kosmologi merupakan bagian tertua dari pengetahuan manusia sekalipun kapan persisnya kosmologi dimulai, pasti sudah tenggelam dalam genangan waktu
Berdasarkan uraian ilmu pengetahuan Geologi sebagaimana uraian di atas, maka secara geoteknis dapat diketahui bahwa apabila terjadi instabilitas struktur pada salah satu lapisan-lapisan geologi itu, akan terjadi instabilitas pada lapisan yang lainnya. Jika instabilitas terjadi pada bagian dalam, akan memberikan dampak yang besar pada lapisan kerak atau permukaan bumi. Ini artinya bahwa aktivitas manusia seperti eksploitasi pada zone-zone yang terletak pada jalur dan lajur patahan-pahan, jalur urat nadi gunung merapi yang terdapat pada lapisan di bawah kerak bumi, maka hal itu sangat memungkinkan menjadi penyebab terjadinya bencana di dunia ini. Dalam konsep ajaran Hindu bahwa kebahagiaan hanya akan terwujud jika adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan , dan manusia dengan alam . Ajaran ini disebut Tri Hita Karana ( tiga faktor penyebab terwujudnya kebahagiaan).Manusia memiliki peranan utama dalam mewujudkan keharmonisan antara ketiga faktor tersebut.
Dalam mewujudkan keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, manusia memiliki kelebihan dalam menerima ajaran-ajaran susila/ etika dalam menghubungkan diri dengan Tuhan (sembahyang). Ada etika/aturan yang harus diikuti dalam melakukan hubungan dengan Tuhan, baik hubungan secara pribadi, maupun secara kolektif ( bersama-sama), misalnya persembahyangan di pura ( tempat ibadah ).
Etika persembahyangan pribadi tidak dapat diterapkan pada persembahyangan bersama, demikian juga sebaliknya. Untuk jenis-jenis persembahyangan tertentu juga memiliki aturan yang berbeda. Jika aturan/etika ini dilanggar maka dipastikan keharmonisan tidak akan terwujud.
Sedangkan hubungan manusia dengan alam jelas yang paling menentukan adalah manusia itu sendiri. Alam secara kodrati hanya akan memberikan reaksi terhadap segala perlakuan manusia kepada alam itu sendiri. Dewasa ini banyak terjadi bencana alam, seperti banjir bandang , pemanasan global , angin puting beliung, dan sebagainya, jika ditelusuri maka semua itu adalah akibat ulah manusia sendiri yang tidak mengikuti aturan / etika dalam mengelola alam. Penggundulan hutan dengan ilegal loging mengakibatkan terjadinya  banjir bandang. Membuang sampah pada aliran sungai,  merusak sempadan sungai, serta pembangunan gedung/perumahan tanpa memperhatikan penyerapan dan saluran sanitasi yang baik mengakibatkan terjadi banjir disetiap musim penghujan.
Teologi Hindu terbagi atas dua macam, yaitu teologi Nirguna Brahma dan teologi Saguna Brahma. Teologi Nirguna Brahma mengajarkan bahwa Tuhan itu tidak dapat dibayangkan seperti apa-apa (tidak dapat diberi nama apa-apa, dan tidak dapat dibayangkan wujud-Nya seperti apa-apa). Jika manusia mengharuskan diri untuk memberikan simbol dan nama, maka Tuhan Yang Maha Esa hanya boleh dibayangkan dan disebut dengan kata Om. Kata Om merupakan kata gabungan yang berasal dari tiga buah huruf, yaitu huruf A (mulut waktu terbuka) dan huruf U ketika mulut hendak menutup, serta huruf M ketika mulut benar-benar tertutup, AUM = OM adalah nama Tuhan yang tiada bandingnya.
Di dalam konsep Nirguna Brahma, Tuhan Yang Maha Esa tidak dapat dibayangkan seperti apa-apa, maka pembahasan-Nya hanya mungkin dilakukan oleh dan untuk para yogi atau rsi yang telah mapan dengan berbagai konsep ketuhanan. Konsep ketuhanan Nirguna Brahma nampaknya bukan konsumsi bagi kebanyakan umat manusia. Konsep teologi yang mungkin dapat dibahas secara luas adalah konsep ketuhanan Saguna Brahma, dalam teologi inilah Tuhan dihadirkan dengan berbagai macam manifestasi yang disebut dewa. Inilah yang menjadi alasan mengapa bagi kebanyakan orang, sosok dewa harus dihadirkan dalam pemujaan kepada Tuhan. Bagi kebanyakan orang kehadiran Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai para dewa juga masih dianggap belum mampu dihayati secara nyata, karena masih mengandung unsur simbol yang abstrak. Dikatakan demikian karena kehadiran Tuhan dalam manifestasi sebagai sosok dewa hanya mengandung simbol satu dimensi (niskala) saja, yang sulit dibayangkan. Untuk membantu kepentingan manusia dalam memuja Tuhan, maka para dewa lebih dikonkritkan lagi dalam bentuk simbol dua dimensi, yakni dimensi sakala dan niskala. Berdasarkan alasan inilah para dewa sebagai manifestasi Tuhan dihadirkan sebagai wujud Energi yang ada di balik bentuk-bentuk kosmis. Secara teologis semua atribut kemahakuasaan Tuhan dilekatkan kepada seluruh segmen-segmen alam. Metode teologis ini tidak dapat dikatakan sebagai tindakan dosa karena “mempersekutukan Tuhan dengan benda”. Stigma “mempersekutukan” tidak ada dalam kamus teologi Saguna Brahma dan pandangan Advaita. Berdasarkan alasan itulah, maka kemahakuasaan Tuhan dimanifestasikan ke dalam segmen-segmen alam seperti; (1) Dewa Surya adalah manifestasi Tuhan yang ada di balik planet matahari, (2) Dewa Soma (Chandra) manifestasi Tuhan di balik bulan, (3) Dewa Vayu (Bayu) manifestasi Tuhan di balik udara, (4) Dewa Agni manifestasi Tuhan di balik api, (5) Dewa Marut manifestasi Tuhan di balik angin, (6) Dewa Sangkara manifestasi Tuhan di balik pohon atau tumbuhan, (7) Dewa Varuna manifestasi Tuhan di balik samudera, (7) Akasa merupakan manifestasi Tuhan sebagai Sang Ayah di balik angkasa, dan (8) Prthivi merupakan manifestasi Tuhan di balik planet bumi ini, (9) dan Dewa-dewa lainnya. Inilah yang mendasari filosofi teologi Saguna Brahma sehingga kehadiran para dewa dalam sistem pemujaan sangat popular dalam Agama Hindu. Dalam teologi Saguna Brahma-lah tersedia berbagai metodologi-teologis, hal tersebut secara metodologis dirancang untuk membantu setiap manusia bagaimanapun adanya dapat sampai kepada Tuhan. Itulah sebabnya teologi Hindu lebih tepat disebut Teologi Kasih Semesta.
Mitos yang berfungsi sebagai metodologi penanaman keyakinan terhadap kemahakuasaan Tuhan yang menguraikan tentang kisah tenggelamnya bumi di dasar samudera diceritakan dalam kitab Bhagavata Purana.Pada dasarnya asumsi tentang bumi tenggelam di dasar samudera atau tenggelam di alam paling bawah juga dapat diasumsikan sama dengan bencana keluarnya bumi dari sistem orbit atau garis edar planet. Kisah ini tercatat secara implisit dalam Lingga Purana. Jadi bencana terjadi karena terganggunya keseimbangan planet-planet di jagat raya. Semua yang ada di alam semesta berhubungan dengan pikiran, dari pikiranlah ia mengambil wujudnya. Ketika pikiran berhenti berpikir, maka dunia pun menghilang dan yang ada hanyalah kebahagiaan yang tidak terlukiskan. Sebaliknya ketika pikiran berpikir yang mulia, maka dunia dan segala isinya akan tampak mulia. Seluruh alam semesta dengan seluruh pergerakannya adalah gambar mental yang hidup di dalam pikiran kosmik dalam pikiran Ishvara. Alam semesta ini tidak lain adalah pola dari pikiran, mengisi diri dari Brahman, yang merupakan asal dari seluruh semesta. Seluruh semesta yang terlihat hanya melalui pikiran dan hal itu tidak lain adalah pola pikiran. Pikiran secara subjektif adalah kesadaran dan pikiran secara objektif adalah alam semesta dengan semua isinya. Seluruh dunia yang ada ini tidak lain adalah kesadaran itu sendiri.






BAB 3
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut;
Prilaku manusia selama ini banyak yang mrugikan kita semua karena banyak yang kita lakukan tampa kita sadari kita telah merusak alam ini yang mana saat ini banyak terjadi bencana alam seperti banjir yang mana hal itu karena ulah kita semua,Alam ini sangat perlu kita rawat yang mana dalam ajaran hindu banyak mengajarkan kita untuk menghargai alam seperti trihita karana yang mana dalam ajaran itu ada membahas hubungan manusia dengan alam sehinggan manusia sangat berkaitan dengan semua kejadian alam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar